Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sebagai kampus “Muda Mendunia” terus meningkatkan kualitasnya dengan mendorong mahasiswanya untuk mengikuti berbagai program internasional. Kegiatan yang cukup antusias diikuti mahasiswa salah satunya adalah kegiatan summer school ke luar negeri. Hal tersebut merupakan komitmen UMY untuk menjadi World Class University. Pada 21 hingga 31 Agustus yang lalu, UMY melalui Fakultas Pertanian mengirimkan mahasiswanya untuk berpartisipasi dalam kegiatan Summer School pertamanya ke Yamagata University, Jepang bertajuk “Disaster Prevention and Science Technology. Kegiatan tersebut merupakan tindak lanjut dari kerja sama antara UMY dan Yamagata April lalu yang bertujuan untuk menambah wawasan dan pemahaman tentang tata kelola pemerintahan, table manner, dan sejarah khususnya budaya.
Husama Allauddin, salah satu peserta perwakilan dari Fakultas Pertanian UMY menyampaikan bahwa kegiatan Summer School ke luar negeri ini, adalah kali pertamanya dilakukan oleh FP UMY. “Kegiatan summer school menjadi bagian terpenting bagi universitas khususnya Fakultas Pertanian. Karena hal ini merupakan awal yang baik bagi fakultas untuk menjalin kerja sama dengan Yamagata University. Kami di sana belajar tentang banyak hal, tetapi kami diarahkan kepada pembelajaran tentang tata cara penanggulangan bencana yang ada di Jepang. Kami juga mengunjungi Yamagata Meteological Office yang merupakan kantor pengamat bencana dan kondisi iklim, yang tidak hanya memantau kawasan Jepang saja akan tetapi bisa menjangkau hingga se-Asia,” ujar Husama saat diwawancari BHP UMY pada Selasa (5/9) di Ruang Dekanat Fakultas Pertanian UMY.
Husama menambahkan, pengelolaan bencana di Jepang sudah modern dengan menggunakan sistem aplikasi J-alerts. “Aplikasi tersebut berfungsi untuk peringatan kepada masyarakat ketika akan terjadi bencana seperti angin topan, tsunami, gempa, gunung meletus dan baru-baru ini digunakan untuk peringatan peluncuran rudal milik Korea Utara. Hal ini menjadi contoh yang baik jika diterapkan di Indonesia, karena Indonesia sendiri merupakan kawasan rawan bencana alam,” papar Husama.
Kembali ditambahkan Husama, masyarakat Jepang sangat memperhatikan apa yang menjadi fakto-faktor terjadinya bencana, seperti struktur bangunan maupun kondisi tanah. “Salah satu contohnya adalah rumah tahan gempa yang didesain menggunakan teknologi canggih. Rumah tersebut tidak akan roboh ketika terjadi gempa. Selain itu juga diterapkan instalasi pipa dalam tanah untuk meminimalisir terjadinya longsor ketika gempa terjadi. Kemudian ketika gempa terjadi semua elemen pemerintahan saling bersinergi untuk menanggulangi bencana,” tandas Husama.
Selain dari Indonesia, ada beberapa negera lainnya yang mengikuti Summer School tersebut seperti Vietnam, China, Kenya, Peru, dan Latvia. Sehingga hal tersebut menjadi salah satu ajang untuk bertukar pikiran dan berbagi pengalaman tentang kondisi di negara masing-masing. “Untuk itu saya berharap dengan adanya kegiatan summer school ini Indonesia mampu untuk mengembangkan dan menerapkan teknologi pada bidang apapun, terutama dalam penanggulangan bencana serta untuk seluruh mahasiswa supaya bisa membuat suatu hal yang baru demi kemajuan bangsa,” tutupnya. (Sumali)