Belajar materi Pendidikan Agama Islam (PAI) dinilai oleh banyak peserta didik sebagai aktivitas yang membosankan. Oleh karenanya, Fun Card dinilai sebagai salah satu solusi untuk memotivasi peserta didik dalam belajar PAI. Fun card sendiri merupakan kartu bantu belajar berisi soal-soal dan jawaban yang digunakan dalam bentuk permainan.
Penilaian tersebut merupakan hasil disertasi Dra. Siti Aminah, M.A. yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Fun Card sebagai Media Pembelajaran dalam Meningkatkan Motivasi Belajar, Keaktifan Diri dan Hasil Belajar Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Kabupaten Sleman.” Disertasi tersebut telah diujikan pada Sabtu (15/10) di Ruang Sidang Gedung Pascasarjana.
Dalam penelitiannya, Siti mengungkapkan bahwa dalam mengajarkan materi PAI, para guru di SMA di Kabupaten Sleman dinilai masih konvensional dan teacher-centered. “Oleh karenanya, proses pembelajaran yang seperti itu menjadi tidak maksimal dan terlalu monoton,” jelas Siti, pengawas Sekolah Madya, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sleman.
Cara guna fun card sendiri dijelaskan oleh Siti sebagai berikut. Para peserta didik mengambil kartu soal yang sudah diacak. Peserta didik kemudian diminta untuk menjawab soal yang tertera dalam kartu tersebut. “Temannya yang lain nanti mengecek apakah jawabannya benar atau salah, yang sudah ada dalam kartu jawaban. Selain kartu soal dan kartu jawaban, juga ada kartu kontrol untuk memberikan hasil evaluasi yang diberikan oleh teman peserta didik yang menyimak, sehingga konsep penilaian diri bisa terlaksana dalam teknik pembelajaran ini” jelas Siti.
Materi Pendidikan Agama Islam sendiri sangat beragam mulai dari Al-Qur’an, Fiqh, dan lain-lain. Meskipun materinya berbeda-beda, metode belajar menggunakan fun card tetap dapat diterapkan. “Jadi penggunaan fun card tidak hanya terbatas pada suatu materi tertentu di bidang Pendidikan Agama Islam. Namun dapat mencakup ke semua materi,” jelas Siti.
Secara teori, penerapan media pembelajaran fun card dalam proses pembelajaran PAI ini disebut Siti diilhami oleh teori elaborasi kognitif yang dikembangkan oleh Wittock. “Dalam teori ini dikemukakan bahwa penelitian dalam psikologi telah menemukan bahwa, jika informasi ingin dipertahankan di dalam memori dan berhubungan dengan informasi yang sudah ada dalam memori, maka orang yang belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi dari materi,” tutur Siti.
Fun card juga disampaikan Siti terinspirasi dari pendapat Silberman dalam Active Learning, 101 cara belajar peserta didik aktif pada cara belajar ke-44 yaitu Pencarian Informasi. “Teknik tersebut, saya kolaborasikan dengan cara belajar ke-46 yaitu cara belajar dengan Pemilahan Kartu, dan cara belajar ke-79 yaitu cara belajar dengan Pencocokan Kartu Indeks,” tambah Siti. (Deansa)