Berita

Gallery Walk KKN LEX UMY Berlangsung Meriah, Pamerkan Inovasi Lele, Tape Hingga Tempe

Kuliah Kerja Nyata (KKN) International Community Service Learning Express (LEX) 2024 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) berkolaborasi dengan Singapore Polytechnic yang tahun ini sudah memasuki tahun ke -12 penyelenggaraanya, telah berlangsung selama sembilan hari. Dengan fokus pada peningkatan daya produksi di sektor industri pangan lokal masyarakat, mahasiswa kini memamerkan hasil pengabdian mereka dari tiga lokasi: Desa Krebet, Gupak Warak, dan Dusun Dadapbong Sendangsari, Pajangan, Bantul. Pergelaran Gallery Walk Internasional Community Service Learning Express (LEX) 2024 ini berkolaborasi dengan PPK Ormawa UMY dan berlangsung di UMB Boga, Rabu (11/9).

Gallery Walk ini tidak hanya menampilkan karya dan inovasi dari mahasiswa KKN LEX, tetapi juga hasil pengabdian dari PPK Ormawa (Program Penguatan Kapasitas Organisasi Mahasiswa) UMY. Jasmine A. Savitri, fasilitator KKN LEX UMY, mengatakan bahwa tujuan gallery walk ini adalah untuk melihat perspektif dari warga dan civitas akademika, serta mendengar tanggapan mahasiswa, dosen, dan pimpinan terkait solusi yang mereka tawarkan untuk permasalahan yang ditemui di masyarakat.

Jasmine mengatakan, sebelum pameran berlangsung, mahasiswa telah terjun langsung ke desa untuk melakukan wawancara dan riset mengenai permasalahan yang dihadapi warga, khususnya yang berkaitan dengan usaha pangan. Ada tiga kelompok dengan fokus yang berbeda: pertama, pada peternakan lele; kedua, industri tape; dan ketiga, pengrajin tempe.

“Setiap kelompok melakukan penelitian untuk mempelajari dan mengatasi masalah, kesulitan, serta tantangan yang dihadapi warga dengan menggunakan metode desain thinking,” ujar Jasmine.

Setelah turun ke desa, mahasiswa mengidentifikasi masalah utama dan prioritas masyarakat. Mereka kemudian merancang prototipe solusi dengan bahan yang tersedia, dan prototipe tersebut dipresentasikan kembali ke desa untuk mendapatkan persetujuan dan masukan dari masyarakat, yang kemudian digunakan untuk penyempurnaan. Jasmine pun mengaku bahwa solusi yang ditawarkan mahasiswa disambut baik oleh masyarakat setempat.

“Ada yang membuat mesin pengupas singkong, ada yang membuat program pemasaran untuk tape yang sudah jadi, dan lain-lain. Seringkali, LEX ini menekankan pada solusi yang rendah biaya dan mudah dibuat karena kami membantu warga yang akses terhadap materinya terbatas,” paparnya.

Sementara itu secara terpisah saat dihubungi pada Kamis (12/9), Puthut Ardiantho, S.Pd., M.Pd, Dosen Pembina Tim PPK Ormawa FEB UMY, yang juga turut memamerkan hasil pengabdiannya dengan tim binaannya dalam Gallery Walk tersebut, mengatakan bahwa pameran ini juga berfungsi sebagai showcase bagi tim PPK Ormawa. Pameran ini diharapkan dapat memacu semangat pengabdian di desa untuk menyebarkan energi positif dan karya mereka di depan civitas akademika UMY.

Dalam kegiatan tersebut, Tim PPK Ormawa di bawah binaannya memamerkan konsep desa cerdas yang telah mereka usung. Konsep desa cerdas ini mencakup lima pojok literasi, yaitu: omah literasi budaya, omah literasi kewirausahaan, omah literasi fashion, omah literasi bahasa, dan omah literasi sejarah.

“Desa Sambirejo memiliki sumber daya yang luar biasa, seperti Tebing Breksi, Candi Ijo, dan beberapa candi serta situs sejarah lainnya. Kami merasa apa yang kami usung ini bisa menjadi investasi besar untuk SDM di sana agar mereka tidak hanya menjadi penonton tetapi juga pelaku,” ujarnya.

Ia juga mengaku bahwa inovasi ini dapat menjadi jembatan untuk memfasilitasi warga Sambirejo agar lebih eksploratif.

“Mereka memiliki potensi wisata dengan tujuh candi atau situs. Kami memberikan output berupa video dokumenter yang bisa menjadi salah satu media promosi wisata, sehingga orang datang ke Sambirejo tidak hanya ke Tebing Breksi atau Candi Ijo, tetapi juga bisa melihat situs sejarah lainnya. Itulah yang kami pamerkan di sini,” pungkas Puthut. (Mut)

Share This Post

Berita Terkini