Gerakan mahasiswa Islam terdahulu meskipun memiliki perbedaan pandangan namun mereka begitu kuat memegang prinsip Islam, serta peduli pada isu- isu seputar dunia Islam. Akan tetapi sekarang ini, gerakan mahasiswa Islam seakan tak peduli dengan isu-isu dunia Islam. Bahkan terkesan tak memberikan pengaruh pada keputusan pemerintah, salah satunya terkait seputar politik luar negeri Indonesia mengenai Palestina dan Israel.
Begitulah yang disampaikan oleh pakar Politik Dunia Islam jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (HI UMY) M. Zahrul Anam, S.Ag, M.Si dalam acara Diskusi Buku: “Persepsi Mahasiswa Islam Terhadap Politik Luar Negeri Indonesia di Timur Tengah” yang ditulis oleh Faris Alfadhat, S.IP, M.A, berlangsung di ruang Simulasi Sidang ASEAN HI UMY, Sabtu (12/1).
Zahrul mengatakan, jika seandainya gerakan mahasiswa Islam di Indonesia bersatu, maka akan tercipta kekuatan yang kuat, serta memberikan dampak yang signifikan terhadap keputusan pemerintah Indonesia dalam mengambil kebijakan.
“Gerakan mahasiswa Islam yang berbeda pandangan serta ideologi seperti saat ini, akan sulit untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah terutama kebijakan luar negeri. Tapi jika mereka bersatu, akan menghasilkan kekuatan yang tak tertandingi oleh gerakan mahasiswa lainnya,” kata dosen HI UMY ini.
Sedangkan Pakar Diplomasi HI, Ratih Herningtyas, S.IP, M.A menjelaskan bahwa politik luar negeri suatu negara berasal dari apa yang terjadi di dalam negara itu sendiri. Sehingga kelompok mahasiswa merupakan kelompok yang mempunyai andil besar dalam pengambilan kebijakan luar negeri di suatu negara.
“Politik luar negeri berasal dari dalam negeri itu sendiri. Jadi sangat tepat yang dibahas dalam buku ini, bahwa dalam pengambilan kebijakan, pemerintah juga memperhatikan aspirasi dari mahasiswa,” jelasnya.
Dalam diskusi buku tersebut, Faris selaku penulis buku menerangkan tentang ketertarikan pergerakan mahasiswa Indonesia yaitu dalam mobilisasi masyarakat. Dengan mobilisasi masyarakat tersebutlah yang membuat mahasiswa suka melakukan demonstrasi.
”Menurut kebanyakan gerakan mahasiswa, hal yang menarik adalah mobilisasi masyarakat. Sehingga mahasiswa sangat suka turun ke jalan melakukan demonstrasi tanpa memperhatikan tugasnya untuk memperkaya intelektual sebagai mahasiswa,” terang dosen HI UMY ini.
Faris juga menerangkan bahwa gerakan mahasiswa yang berpihak dengan partai politik tertentu akan mengakibatkan hilangnya idealisme pergerakan mahasiswa tersebut.
”Jika terjadi seperti, maka otomatis idealisme-nya sebagai mahasiswa akan terkikis,” terangnya. (syah)