Kota Sidoarjo yang terletak di Jawa Timur ini merupakan salah satu kota yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan. Kepedulian ini didukung dengan adanya komunitas Guru Bimbimbingan Konseling (BK) se Kabupaten Sidoarjo. Bentuk kepedulian mereka pun bukan hanya pada pendidikan untuk tingkat sekolah dasar, menengah pertama, atau pun menengah atas, tapi juga pada tingkat pendidikan tinggi. Hal ini pun muncul dari beberapa Guru SMA Negri dan Swasta di Kabuapten Sidoarjo, yang mempunyai keinginan untuk memperluas informasi terkait dengan tentang Perguruan Tinggi di Indonesia kepada siswa dan siswi SMA di Sidoarjo. Mereka melihat bahwa lulusan Perguruan Tinggi Swasta ini juga memiliki peluang besar untuk bisa bersaing dengan Perguruan Tinggi Negri di Indonesia. Apalagi saat ini peminat siswa dan sisiwi untuk mendaftar di Fakultas Kedokteran sangat tinggi.
Untuk membuka jalan tersebut, komunitas Guru BK se Kabupaten Sidoarjo melakukan kunjungan ke Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada hari Senin (23/2). “Kedatangan kami ke sini adalah ingin mengenal lebih dekat lagi tentang UMY, dan kami merasa senang sudah disambut dengan baik. Seperti yang saya tahu terkait dengan pendaftaran untuk Mahasiswa Baru, kami ingin lebih tau banyak, agar kami bisa memberikan informasi kepada anak didik kami yang ingin melanjutkan pendidikan ke UMY, “ jelas Drs. Witjahyono dari SMAN 1 Sidoarjo.
Untuk memuaskan keingintahuan pada guru BK tersebut, tim Biro Admisi UMY pun menjelaskan secara detail bagaimana siswa-siswi bisa melanjutkan studi ke UMY. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan siswa dan siswi SMA di dalam memilih Perguruan Tinggi. “Pertimbangan yang paling sering dilirik siswa dan siswi SMA adalah akreditasi program studi, namun terkadang siswa dan siswi SMA lupa akan pentingnya akreditasi institusi. Sejak tahun 2012 lalu, sudah ada penilaian terkait dengan akreditasi institusi dan sejak itu sampai saat ini semua Perguruan Tinggi di Jogja sudah terakreditasi semua, namun baru ada 4 Perguruan Tinggi yang terakreditasi A yaitu UGM, UMY, UII, dan UIN Sunan Kalijaga, untuk UNY masih dalam proses akreditasi, “ tutur Mawardi A. Md selaku Kepala Urusan PENMARU UMY.
Mawardi menambahkan bahwa untuk UMY sendiri, Prodi Kedokteran Umum dan Kedokteran Gigi masih menjadi peringkat pertama atau prodi favorit untuk siswa dan siswi SMA. “Ini didukung karena UMY sudah mempunyai Rumah Sakit Akademik (RSA) yang dapat digunakan mahasiswa untuk melakukan praktek selama masa kuliah. Peran RSA ini sangat penting bukan hanya untuk praktek saja tapi juga punya peran penting dalam penentuan akreditasi, “ tambahnya.
Selain Kedokteran Umum dan Kedokteran Gigi, sebetulnya FKIK UMY juga memiliki prodi ilmu keperawatan yang sebenarnya saat ini pun mempunyai peluang tinggi di dunia kerja. “Sistem pembelajaran di Ilmu Keperawatan UMY ini sangat bagus karena dalam menyampaikan materi, selalu menyisipkan nilai-nilai keislaman, misalnya jantung kenapa mengedarkan darah keseluruh tubuh, kita akan melihat dari sisi ilmiah dan melihat hadist yang berkaitan dengan itu. Lulusan Ilmu Keperawatan UMY ini juga bukan hanya menjadi seorang perawat saja tapi juga bisa menjadi peneliti dan pelayan klinik, “ papar Arif Wahu Setyo Budi S. Kep. Ns, selaku dosen Ilmu Keperawatan UMY.
Arif menambahkan bahwa bukan hanya itu saja, FKIK UMY ini juga memiliki program internasional, misalnya student exchange dan seminar internasional. “Untuk sistem pembelajarannya FKIK menggunakan sistem blok jadi tidak ada UAS atau UTS, mahasiswa akan menyelesaikan sistem blok selama 6-7 Minggu, setelah selesai baru mereka akan ujian. Biasanya untuk ujian, mahasiswa akan mempelajari terkait dengan simulasi kasus, jadi mahasiswa dituntut untuk bisa menyelesaikan masalah yang ada pada kondisi pasiennya, “ tambahnya.
Selain FKIK, Fakultas Pendidikan Bahasa (FPB) kini juga semakin dilirik oleh siswa dan siswi SMA. Meskipun masih terbilang baru, namun sudah banyak mahasiswa dan mahasiswinya yang bisa melebarkan sayapnya di kancah internasional. “Awalnya FPB ini muncul karena ada Prodi Pendidikan Bahasa Inggris yang sebelumnya tergabung dalam FISIPOL. Namun, pada akhirnya muncullah Prodi Pendidikan Bahasa Arab kemudian Jepang, dan akhirnya terbentuk FPB, “ terang Dedi Suryadi, S.Pd., M.Pd selaku Wakil Dekan FBP UMY.
Dedi melanjutkan bahwa Prodi Bahasa Jepang sendiri baru berjalan 3 tahun. Prodi Pendidikan Bahasa Jepang pun baru ada di Jogja, sementara Prodi PBJ yang ada di UGM itu sastra bukan pendidikan. “Visi kami adalah ingin menanamkan nilai Islami pada pendidikan bahasa Jepang. Untuk penggunaan sistem pendidikan kami sudah menggunakan sistem KBK jadi mahasiswa tidak diwajibkan untuk UAS dan UTS. Lulusan FPB ini bukan hanya menjadi pendidik saja tetapi juga bisa menjadi peneliti dan penerjemah. Untuk prestasinya selama berjalan 3 tahun ini sudah ada 6 mahasiswa yang sudah kami kirim ke Jepang untuk belajar budaya di Jepang selama 1 bulan, “ lanjutnya.