Isu yang berhubungan dengan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) saat ini tengah menjadi isu hangat bagi masyarakat Indonesia. Apalagi pelaksanaan MEA ini akan dimulai di akhir tahun 2015, tentu masyarakat dituntut untuk bisa siap dalam menghadapi MEA. Isu inilah yang kemudian menggelitik lima mahasiswa Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyak Yogyakarta (UMY) yaitu Muhammad Anif Afandi, Indanazulfa Qurrota A’yun, Yuni Wahyuni, Gustiva Andri, dan Rafin Shiddiq untuk bisa berbuat sesuatu dalam mengahadapi MEA nantinya. Hal ini tentu berbeda dengan apa yang biasa digembor-gemborkan oleh pemerintah dalam mengahadapi MEA pada bidang Akademis dan pelaku bisnis. Kali ini kelima mahasiswa tersebut membuat program Andong English Club (AEC), program ini mereka buat untuk memberikan pelatihan Bahasa Inggris kepada 90 kusir andong yang ada di Yogyakarta.
Selain tantangan untuk menghadapi MEA 2015, ada tujuan lain dalam program ini. “Program ini muncul ketika kami melakukan survey dengan kusir andong yang ada di Malioboro. Dalam survey tersebut kami mengambil kesimpulan bahwa masih banyak kusir andong yang belum mahir berkomunikasi dengan Bahasa Inggris. Tentu ini menjadi sebuah masalah apalagi melihat terus berkembangnya pariwisata di Yogyakarta dan banyaknya turis yang berlibur di Yogyakarta. Menurut data yang kami peroleh, Yogyakarta merupakan tempat wisata yang paling banyak didatangi turis setelah Bali, “ jelas Indanazulfa Qurrota A’yun saat di wawancarai pada, Kamis (9/4) di kantor Biro Humas dan Protokol UMY.
Menurut Indana, program ini berlangsung dari bulan Maret sampai April 2015. Dalam pelaksanaanya ada dua tempat yang dijadikan sanggar pembelajaran yaitu Kepanjen Banguntapan Bantul, tepatnya di rumah ketua divisi andong di Bantul dan Gamping. Alasan, mereka memilih kedua pemukiman tersebut karena di dua tempat tersebut mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai kusir andong.
Untuk proses pembelajarannya, lanjut Indana, berlangusng setiap hari selasa malam dan rabu malam. Materi yang diberikan pada para kusir andong itu berupa materi dasar dari Bahasa Inggris, seperti perkenalan, salam dan proses tawar-menawar. “Untuk mempermudah memahaminya kami juga memberikan buku panduan kepada mereka, dengan harapan ketika di luar proses pembelajaran dalam kelas mereka masih bisa mempelajarinya. Bukan hanya itu saja, agar proses belajar mengajar terasa menarik, kami juga sering melakukan permainan yang masih berhubungan dengan materinya, sebab pesertanya sendiri adalah bapak-pak yang usianya sekitar 40 tahunan, sehingga perlu adanya modifikasi dalam sistem pembelajarannya,” ungkap Indana.
Indana juga memaparkan bahwa dalam proses belajar mengajar tersebut mereka tentunya juga menemui kendala yang harus mereka hadapi. Namun hal itu menurutnya merupakan hal biasa yang pasti ditemui. “Untuk kendala pasti ada, biasanya kendalanya kita harus sabar, karena tidak semua bisa menangkap penjelasan atau materi dengan cepat. Untuk mempermudah pembelajarannya kami membagi peserta menjadi 10 kelompok, nantinya setiap kelompok akan didampingi satu tentor. Untuk tentornya sendiri kami akan meminta bantuan dari anak Pendidikan Bahasa Inggris (PBI UMY), “ paparnya.
Indana juga menambahkan, selain memberikan pelatihan secara Bahasa, mereka juga membantu para kusir andong tersebut dalam marketingnya. “Kami bukan hanya fokus pada pembelajaran Bahasa saja, namun kami juga membantu mereka dalam bidang marketing. Untuk mempermudah mereka dalam menawarkan jasa andongnya. Hal ini bukan hanya mempermudah kusir andong saja tetapi juga akan mempermudah wisatawan yang akan berlibur dengan berkendara menggunakan andong, untuk itu para wisatawan langsung bisa mengakses dan memesan di www.andongjogja.com, dalam website tersebut kami juga sudah menyiapkan contac personnya,” imbuh Indana lagi.
Hal senada juga disampaikan Anif Afandi, selain memberikan pelatihan Bahasa dan marketing, mereka juga mengadakan pelatihan terkait service excellent dan kode etik. “Di sini kami akan memberikan pengetahuan kepada mereka tentang bagaimana tata cara melayani penumpang dengan baik, serta bagaimana kode etik dalam melayani penumpang misalnya dari tutur kata dan juga keramahan, “ lanjutnya.
Anif juga mengatakan, para peserta itu akan mendapat keuntungan dari program ini, selain ilmu dan buku panduan yang didapat, mereka juga akan memberikan sertifikat bagi para peserta sebagai tanda bahwa mereka pernah mengikuti program pembelajaran Bahasa Inggris. Bukan hanya itu saja, untuk memantangkan kemampuan para kusir andong tersebut dalam berkomunikasi dengan Bahasa Inggris, praktek langsung di lapangan pun akan mereka lakukan dengan didampingi oleh para tentor.
Namun di samping itu semua, program ini menurut Anif sebenarnya merupakan program yang nantinya akan mereka ajukan di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2015-2016 di bidang Pengabdian Masyarakat. “Kami berhaharap program ini tidak berhenti di sini saja, apalagi berhenti setelah PIMNAS usai. Namun kami berharap progam ini bisa terus berlanjut, sehingga masyarakat yang berprofesi sebagai kusir andong akan terus mendapatkan manfaatnya. Untuk memberikan kesan kepada peserta, kami juga berencana ingin melakukan festival andong di titik nol kilometer yang akan dihadiri oleh orang-orang yang berpengaruh di Yogyakarta, dalam pelaksanaanya kami juga berencana akan menggandeng Dinas Pariwisata untuk memeriahkan acara ini, “ tutup Anif.