Berita

Hadapi Revolusi Industri 4.0, Dibutuhkan Gaya Baru Berpolitik

Kemajuan teknologi yang sangat pesat saat ini hingga mencapai tahapan Revolusi Inudstri 4.0, membutuhkan peran dari berbagai pihak untuk menghadapinya. Tak terkecuali dalam bidang politik. Untuk menghadapi Revolusi Industri keempat tersebut, dibutuhkan sebuah gaya berpolitik yang baru atau yang disebut politik pembangunan.

Hal tersebut disampaikan Yanuar Nugroho, Deputi II Kepala Staf Kepresidenan RI dalam acara Seminar Nasional yang bertajuk “Pendidikan Politik Sebagai Tonggak Integritas Kemajuan Bangsa”, Kamis (12/4). Seminar yang termasuk dalam acara Pekan Keilmuan Sosial dan Politik (PKSP 2018) ini, diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIPOL UMY dan bertempat di gedung KH. Ibrahim UMY.

Yanuar sebagai salah satu pembicara menyampaikan bahwa dunia politik terus mengalami perubahan di setiap waktu. Bahkan pada saat ini yang sudah memasuki Revolusi Industri 4.0. “Saat ini, politik pembangunan adalah gaya baru dalam berpolitik,” ujarnya.

Yanuar kembali menguraikan bahwa pembangunan yang dimaksud bukan hanya dalam wujud fisik bangunan semata. Tetapi mempermudah akses bagi para penduduk di daerah yang terisolasi dari dunia luar. “Membangun insfratruktur bukan berupa fisik semata, akan tetapi membuka daerah yang terisolasi,” imbuhnya.

Hal senada juga disampaikan Ayodha Pramudita S. IP., MPMM sebagai Ketua Tim Perumus Kebijakan Kementrian Sekertaris Negara. Ia menuturkan bahwa ada hal lain yang juga harus dimiliki oleh para politikus saat ini guna menghadapi Revolusi Industri Jilid ke empat. Yaitu integritas, empati dan rasa ingin tahu yang tinggi. “Karena integritas dan empati yang mendorong politik dibawa kemana. Maka dari itu, sebagai mahasiswa juga harus terus belajar dan mengembangkan diri agar tidak tertinggal dengan kemajuan zaman,” tambahnya.

Sementara itu, Drs. Ahmed Kurnia M.Si yang merupakan dari Tenaga Ahli Direktur Jendral Informasi Komunikasi Publik, menanggapi banyaknya hoax yang kerap terjadi melalui media sosial. Ia mengingatkan kepada para peserta untuk selalu memilki kemauan yang tinggi untuk membaca. Ia pun mengutip ayat suci Alqur’an surat Al-Alaq ayat pertama.

“Semangat membaca buku jangan sampai luntur di tengah derasnya arus informasi melalui media online, di Al-Qur’an suruh kita untuk membaca ‘iqra, iqra’,“ ujarnya.

Ketiga poin (integritas, empati, dan rasa ingin tahu yang tinggi, red) itu pulalah, imbuh Drs. Ahmed yang harus diterapkan oleh para politikus. Agar mereka bisa menghadapi perubahan besar yang sedang terjadi pada saat ini. (ak)