Kolaborasi dianggap menjadi komponen penting dalam memajukan perpustakaan, dengan melibatkan pejabat pemerintahan, masyarakat, dan perpustakaan lainnya. Urgensi dari kolaborasi antar aktor ini berusaha diangkat dalam agenda kongres tahunan yang diadakan oleh International Federation of Library Associations and Institutions (IFLA).
Kongres internasional bertajuk World Library and Information Congress (WLIC) ini diikuti oleh perwakilan dari berbagai negara termasuk Indonesia. Pustakawan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Novy Diana Fauzie, SS., M.A. menjadi salah satu representatif Indonesia dalam agenda di Rotterdam, Belanda pada 21-25 Agustus 2023.
Selama mengikuti WLIC yang tahun ini merupakan kali ke-88, Novy ingin agar gagasan kolaborasi yang telah dibahas dapat segera diaplikasikan di Indonesia sehingga berbagai program dari perpustakaan dapat terus berkesinambungan dan menyasar masyarakat secara menyeluruh.
“Tahun ini, WLIC mengangkat tema ‘Let’s Work Together, Let’s Library’ yang sangat mendorong diadakannya kolaborasi dalam pengembangan perpustakaan. Terdapat beberapa sesi dalam WLIC, saya sendiri mengikuti dua sesi diantaranya, yaitu terkait Artificial Intelligence (AI) dan Sustainable Development Goals (SDGs). Ini juga selaras dengan program Perpustakaan UMY yang memiliki program pengabdian masyarakat di bidang ekonomi, sesuai dengan SDGs,” ujarnya saat dihubungi pada Selasa (29/08).
Keikutsertaan Novy dalam WLIC 2023 merupakan salah satu bentuk apresiasi dari Perpustakaan Nasional Indonesia sebagai pustakawan berprestasi terbaik nasional pada Mei 2023 lalu. “Sebagai peserta, banyak sekali informasi dan wawasan yang saya dapatkan, dan sangat mungkin untuk kita aplikasikan di Indonesia. Mengingat WLIC merupakan kongres yang diselenggarakan oleh IFLA sebagai organisasi kepustakawanan terbesar di dunia, kesempatan untuk berdiskusi dengan berbagai pustakawan dari negara lain pun sangat terbuka,” imbuh Novy.
Sebagai langkah memperkuat kolaborasi, Novy dan tim Perpustakaan Nasional Indonesia pun mengunjungi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Belanda dan banyak bertukar pikiran mengenai kondisi perpustakaan di Belanda dan Indonesia. Menurut Novy, banyak sekali program maupun fasilitas yang ada di perpustakaan Belanda yang dapat diadopsi oleh perpustakaan Indonesia.
“Saya pun berkesempatan untuk mengunjungi perpustakaan nasional Belanda di Den Haag. Melihat banyak sekali hal menarik dari segi konsep yang ada di perpustakaan tersebut, saya berharap dapat mengadopsi konsep tersebut di perpustakaan UMY, mulai dari tata ruangan serta pengarsipannya,” pungkas Novy. (ID)