Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. KH. Haedar Nashir, M.Si menyebut bahwa pandangan Islam Berkemajuan harus paralel dengan Indonesia Berkemajuan. Islam berkemajuan menurutnya merupakan pandangan keislaman atau keagamaan, bukan madzab. Selain itu, pandangan Islam berkemajuan ini juga masih perlu pengayaan lebih lanjut.
Hal tersebut disampaikan Haedar dalam pembukaan Pengajian Ramadhan 1444 H yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jum’at (24/3) sore. Pengajian Ramadhan tersebut akan dilaksanakan hingga Minggu (26/3) dan bertempat di ruang sidang gedung AR. Fakhruddin B Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Lebih lanjut, Haedar menjelaskan bahwa pandangan Islam Berkemajuan itu substansinya diformulasikan dari pikiran-pikiran dalam Muhammadiyah, dan pemikiran keislaman secara menyeluruh yang memiliki rujukan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. “Secara historis, Islam Berkemajuan juga mempunyai rujukan dan keterpautan pada pemikiran keislaman era Kiai Dahlan. Hal tersebut yang menjadi patokan Muhammadiyah dalam mengetahui posisi pandangan Islam Berkemajuan,” paparnya.
Dalam pengajian Ramadhan yang mengangkat tema “Risalah Islam Berkemajuan: Aktualisasi dalam Persyarikatan, Umat, dan Bangsa” ini Haedar juga mengungkapkan bahwa Risalah Islam Berkemajuan adalah hasil dari Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Solo dan bagaimana urgensinya Muhammadiyah merumuskan risalah Islam Berkemajuan tersebut.
“Islam Berkemajuan sudah kita kodefikasi sejak Muktamar di tahun 2010. Secara formal, konsep Islam Berkemajuan ini berupa pokok pikiran yang merupakan bagian dari pernyataan pikiran Muhammadiyah abad kedua yang di dalamnya ada sketsa perjalanan Muhammadiyah 1 abad. Islam Berkemajuan, pandangan Muhammadiyah dalam kebangsaan, kemanusiaan secara universal, dan agenda abad kedua Muhammadiyah yang di dalamnya mengandung konsep gerakan pencerahan,” terang Haedar.
“Karena dalam pandangan kami, pokok pikiran Islam Berkemajuan ini tidak bersifat elaboratif, tidak bersifat penjebaran detail, maka diperlukan suatu konsep yang lebih sistematik dan juga elaboratif yang mengandung secara komprehensif apa itu Islam Berkemajuan, apa rujukannya, apa aspek penting Islam Berkemajuan itu, bagaimana implementasinya, dan hal lainnya,” tegas Haedar lagi.
Guru Besar UMY bidang Sosiologi ini juga mengklaim jika Islam Berkemajuan itu bisa kita aktualisasikan dalam kehidupan persyarikatan umat dan bangsa. Haedar juga menyebut jika Islam berkemajuan harus pararel dengan Indonesia Berkemajuan.
“Pada konsep pemikiran, pandangan Islam berkemajuan ini juga masih perlu pengayaan lebih dalam. Majelis Tablig dan Tarjih Muhammadiyah bisa berkolaborasi untuk mengkodifikasi ayat dan juga hadis nabi untuk menjadi rujukan yang komprehensif, yang mempunyai dimensi untuk membangun peradaban dan juga pemikiran yang maju dengan segala kandungan nilai-nilainya,” pungkas Haedar. (RM)