Dewasa ini, kita sudah memasuki era Revolusi Industri keempat yang sering disebut dengan Zaman Digital. Zaman digital saat ini tentunya memiliki efek positif dan negatif, bagaikan dua sisi mata pisau. Menghadapi hal tersebut, Muhammadiyah berupaya untuk bisa menguasai dunia digital dan memanfaatkannya dengan bijak untuk berdawah serta menyampaikan pesan-pesan Islam sebagai alternatif di tengah kurangnya pemahaman Islam di masyarakat.
Hal tersebut disampaikan oleh Haedar Nashir pada pembukaan Pengajian Ramadan Pimpinan Pusat Muhammadiyah 1439 dengan tema Keadaban Digital : Dakwah Pencerahan Zaman Milenial, Kamis (24/5). Pengajian Ramadhan yang juga dihadiri oleh 398 anggota Muhammadiyah dari seluruh Indonesia ini dilaksanakan di Gedung Abdul Razak Fachrudin B. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Haedar menyampaikan bahwa kemajuan media digital sangat pesat, penyebaran informasi juga bisa dilakukan dengan mudah dan secara singkat. Maka dari itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengatakan bahwa keadaan ini harus bisa dimanfaatkan untuk melakukan syiar Islam kepada masyarakat zaman milenial.
“Pada keadaan yang serba cepat ini kita harus bisa menghadirkan dakwah, tabligh dan pesan – pesan Islam lewat media – media baru yang ada dengan lebih masif dari pada orang lain,” ujarnya.
Haidar mengatakan bahwa perkembangan teknologi digital seakan – akan mampu mengubah sifat manusia dalam berinteraksi di masyarakat. Media digital mengakibatkan lunturnya orientasi nilai, mampu menghilangkan nalar rasa dan nalar spiritual. Hubungan relasi paguyuban berganti menjadi hubungan yang lebih individualis. “Dunia digital merupakan dunia maya. Realitas yang ada merupakan realitas bentukan, tetapi nyata. Orang menjadi terpolarisasi dalam afilisasi kelompok-kelompok. “Inilah dunia simulacra,” imbuhnya.
Di akhir pidatonya Ketua Umum PP Muhammadiyah menyerukan untuk cerdas dalam menerima dan memberikan informasi di dunia maya. Untuk selalu tabayun ketika mendapatkan informasi, hal demikian dilakukan untuk mengantisipasi tersebarnya informasi palsu atau hoax. “Ketika kita dapat informasi yang berasal dari digital, jangan langsung meneruskan informasi tersebut ke orang lain, tabbayun harus kita lakukan, jangan sampai informasi yang kita sebarkan itu hoax,” tutupnya.
Pada kesempatan yang sama juga dilakukan launcing buku Himpunan Putusan Tarjih (HPT) Jilid 3 oleh Prof. Syamsul Anwar dari Majlis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Buku Himpunan Putusan Tarjih ini merupakan kumpulan dari empat hasil Musyawarah Nasional Majlis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Ke – 26, 27, 28, dan 29. “Alhamdulillah akhirnya kita bisa mengeluarkan HPT jilid 3 yang menjadi hasil dari 4 Munas Majlis Terjih dan Tajdid,” ujarnya.
Selain itu juga dilakukan launching buku Konstruksi Pemikiran Politik Ki Bagus Hadikusumo “Islam, Pancasila dan Negara”, serta penyerahan Beasiswa Dokter Muhammadiyah kepada tiga orang mahasiswa baru UMY angkatan 2018-2019, ketiganya merupakan mahasiswa baru UMY yang berasal dari pesantren/panti asuhan Muhammadiyah/Aisyiyah yang telah berhasil lolos seleksi beasiswa Doktor Muhammadiyah di UMY. (ak)