Berita

Harus Cerdas dan Jangan Apatis Perangi Hoaks Di Era Politik

Pesta demokrasi di Indonesia akan segera digelar pada April 2019 mendatang. Adu gagasan politik sedang ditebar oleh pihak yang mengajukan diri dalam kompetisi meraih suara rakyat. Namun sering kita temui belakangan ini, kontestasi politik justru menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat yakni berupa adanya berita hoaks atau tidak relevan. Untuk memberikan edukasi dini kepada mahasiswa, Prodi Ilmu Komunikasi bekerjasama dengan Kominfo mengadakan Seminar Lokal berupa literasi media yang mengusung tema ‘Hoaks Bikin Malu, Stop Ribut Melulu, Saatnya Bikin Linimasa Asik di Tahun Politik’ di Gedung E7 Ibrahim Kampus Terpadu UMY, Selasa (19/3).

Indonesia saat ini sedang menghadapi problema cukup polemik berupa adanya berita hoaks, kabar bohong atau semacamnya. Perkembangan media digital yang mewadahi media sosial di dalamnya, telah memberikan kemudahan informasi untuk diterima setiap kalangan hanya dalam hitungan sekejap yang dapat diakses dengan media internet. Penyebaran konten-konten baik positif maupun negatif bak menjadi sebuah hidangan lauk di atas meja yang siap dipilih sesuai selera.

Kebetulan untuk saat ini yang terdekat ada pemilu, perkembangan teknologi justru dimanfaatkan oleh oknum yang ingin memecah belah dengan penyebaran berita hoaks. Sasarannya adalah agar warga membuat asumsi negatif kepada kontestan politik yang saat ini sedang berkompetisi. Prodi Ilmu Komunikasi UMY melihat ini sebagai satu keprihatinan bersama yang harus segera ditangani. Maka dari itu dengan adanya literasi media digital yang bekerjasama dengan Kominfo, dapat setidaknya menumbuhkan kesadaran tentang bagaimana penggunaan media secara bijak, dan bagaimana cara menanggapi berita bohong.

“Problema yang sebenarnya dihadapi anak muda jaman sekarang itu terlalu apatis terhadap politik, banyak yang tak tertarik dan tidak peduli dengan hal semacam ini. Mereka hanya tertarik pada gaya hidup, teknologi atau media sosial. Sehingga mereka tidak peduli dengan bahaya hoaks sekarang ini, kemudian adanya kegiatan literasi media ini adalah untuk membangun kesadaran mereka,” ujar Dr. Muria Endah Sokowati, S.IP., M.Si. dosen IK UMY yang menjadi salah satu pembicara dalam seminar lokal ini.

Namun demikian untuk menumbuhkan kesadaran itu, Endah menginginkan mahasiswa agar tidak bersikap apatis, harus punya kepedulian dengan lingkungan sekitar, dan semangat rajin membaca. Berpikir kritis juga diperlukan untuk selalu menanyakan berita yang baru ditemui untuk menemui validasi akan sumber berita yang diperoleh. “Kalau perlu mahasiswa harus bersikap skeptis yaitu memandang semua informasi yang ada di internet dan media social adalah 99,9 persen hoaks. Pasalnya jika kita memiliki pemikiran seperti itu, maka setiap informasi yang didapat akan disaring terlebih dahulu, bagaimana kebenarannya,” sambungnya.

Hal senada diungkapkan oleh Aris Kurniawan S.Sos, M.Comn dari Kasubdit Literasi Digital Kementerian Kominfo. Dia juga mewanti-wanti agar sebagai mahasiswa harus menjadi pilar cerdas menjadi penangkis penyebaran berita hoaks.

“Kita sebagai warganet harus cerdas diawali dengan kemauan untuk melakukan konfirmasi dan tabayyun setiap kali menerima informasi, tidak terburu-buru dalam menyimpulkan, tidak gampang tersulut emosi. Jadi cerdas untuk menilai dan memverifikasi berita yang diterima apakah itu benar atau salah. Sebagai anak muda, haruslah lebih kreatif mempelajari teknologi karena apabila kita tidak tahu dan tidak jeli memahami cara kerja internet, standar platform suatu media akan fatal akibatnya. Kita tidak boleh selamanya menjadi konsumen berita, anak muda harus bisa menjadi content creator yang mendidik, dan punya nilai informasi bermanfaat untuk orang lain,” pungkas Aris. (Hbb)