Tidak semua orang mempunyai skill berbicara, tetapi terkadang karena tuntutan profesi orang terpaksa harus berbicara di depan audiens. Hasilnya tentu orang tersebut akan gerogi dan tidak maksimal dalam menyampaikan pesan, maka dari itu perlu latihan dan jam terbang agar skill tersebut dapat dikuasai. Perpusatakaan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta mengadakan pelatihan ‘Public Speaking For Teacher Librarian’, dengan narasumbernya langsung dari orang yang berpengalaman dan juga merupakan MC serta Publik Speaking Trainer terkenal di Yogyakarta, Ranny AlBanny.
Mantan juara satu lomba presenter Cek dan Ricek oleh KD Management, juara satu lomba presenter di RBTV, juara satu lomba news presenter di SCTV dan finalis Kadarkum Tingkat Nasional di Jakarta ini menyampaikan paparannya mengenai tips dan cara bagaimana harus bersikap di depan umum ketika menjadi seorang public speaker.
“Berbicara bukan sekedar bagaimana kita mampu merangkai kata menjadi sebuah kalimat, namun lebih kepada bagaimana kita mampu menyampaikan sebuah nilai kepada audiens. Karena pada dasarnya tidak semua orang berani atau memiliki kepercayaan diri untuk berbicara, tapi tuntutan profesinyalah yang mengharuskannya melakukan itu, sehingga ada rasa keterpaksaan di sana,” jelas Ranny dalam presentasinya di depan guru dan pustakawan di Ruang Sidang Lantai 3 Perpustakaan Gedung KH. Mas Mansyur Kampus Terpadu UMY, Sabtu (11/5).
Masalah yang kerap kali dihadapi seorang public speaker adalah audiens yang tidak fokus, asyik dengan ponselnya, tertidur, atau bahkan pulang satu per satu. Namun demikian hal itu bukan sepenuhnya kesalahan audiens yang tidak menyimak apa yang ingin kita sampaikan, melainkan justru kita sendiri sebagai pembicara yang kurang peka terhadap situasi. “Audiens datang dari berbagai latar belakang, gaya masing-masing orang berbeda. Jadi ketika saya berbicara di depan umum, saya akan berusaha semaksimal mungkin agar pendengar bisa nyaman, bisa dengan ice breaking atau quiz. Sebagai seorang pembicara yang paling penting adalah jangan lupa senyum, karena ada kekuatan 4 S yang saya yakini (Silent, See, Smile, Speak),” sambungnya.
Ranny juga memberikan tips kepada mereka yang ingin memecahkan suasana di awal presentasi atau ketika bertindak sebagai presenter. “Jangan dulu memainkan pikiran yang negatif. Mulailah presentasi bisa dengan memberikan quotes dari pakar atau orang terkenal, fakta terbaru, pernyataan yang menguatkan tema. Saya selalu menerapkan kepada peserta kelas publik speaking saya untuk memulai pembicaraan dengan aura positif.”
Tapi ketika sudah menguasai dan memiliki jam terbang tinggi tidak lantas berhenti untuk mengembangkan kemampuan publik speaking, justru kita harus tetap belajar kepada orang yang memiliki kelebihan lebih baik daripada kita. “Saya sampai saat ini masih tetap belajar kepada orang yang expert, karena bagi saya di atas langit masih ada langit. Jadi jangan cepat berpuas diri, tetap mengasah kemampuan dan jangan pernah berpuas diri,” tutup Ranny yang juga pernah menjadi penyiar di beberapa radio selama 18 tahun. (Hbb)