Indonesia sudah tidak lagi menjual bahan mentah mineral ke luar negeri. Kebijakan tersebut diambil karena harga bahan mentah terbilang murah dan kurang menguntungkan bagi Bangsa Indonesia.
Demikian disamapaikan Menteri Kordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa daam Seminar Nasional bertajuk “Strategi agar Indonesia Tidak Kalah di AEC 2015” yang diselenggarakan oleh BEM Fakultas Ekonomi UMY, di kampus setempat, Senin (28/4).
Hatta mengungkapkan, jika terus-menerus mengekspor bahan mentah dari salah satu jenis Sumber Daya Alam yang melimpah di tanah air itu ke luar negeri, maka Bangsa Indonesia terancam menjadi “bangsa kuli”. “Kalau masih ditawar-tawar mengekspor bahan mentah, kita akan jadi bangsa kuli,” tergasnya.
Ia menyebutkan, ekspor bahan mentah yang terjadi selama ini menyumbang sengat kecil kepada pendapatan Negara. Selain itu, eksplorasi sektor tersebut juga dapat merusak lingkungan. Oleh sebab itu pihaknya telah mengambil kebijakan untuk melakukan reformasi industri yang menurutnya sedang berlangsung.
“Kerusakan alam dan pendapatan yang sangat kecil,serta para enginir kita tidak bekerja. Kita harus melakukan reformasi di bidang industri, ini sedang berlangsung,” sambungnya.
Hatta menambahkan, kebijakan reformasi industri yang ia keluarkan tersebut dapat mengurangi ketergantungan pada impor, sebab bahan mentah tersebut diolah secara mandiri melalui industri hilir. Hal itu, lanjutnya akan memberikan kesempatan bagi para ahli Indonesia untuk terlibat dan berinovasi. Ia menegaskan pihaknya tidak main-main dalam menerapkan kebijakan tersebut, pasalnya Negara kehilangan pendapatan mencapai 4 milyar dolar dalam ekspor bahan mentah tersebut.
“Januari 2014 tidak ada lagi bahan mentah mineral di ekspor ke luar negeri. Kita kehilangan pendapatan sekitar 4 milyar dolar atau 40 trilyun. Kalau kita tidak meneguhkan hati kita secara konsisten, sayang uang kita itu. kebijakan itu kita lakukan secara konsisten,” tegas Hatta yang menjabat sebagai Menteri Kordinator Bidang Perekonomian sejak 2009.
Hatta juga menekankan, Indonesia harus bisa berinovasi di tengah persaingan pasar bebas yang sedang terjadi. Ketersediaan Sumber Daya Alam yang melimpah, lanjutnya, belum cukup untuk menjadi Negara yang unggul pada persaingan tersebut. Namun dibutuhkan inovasi untuk mengelola potensi tersebut dan tidak hanya menjualnya dalam bentuk bahan mentah.