Berita

Héctor Abad Lakukan Diskusi Dengan Mahasiswa UMY

Héctor Abad Faciolince, seorang novelis literatur Amerika Latin asal Kolombia berkesempatan untuk hadir dalam kegiatan Sosialisasi Sastra Amerika Latin di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Kegiatan yang diselenggarakan oleh International Relation Office (IRO) dan Language Training Center (LTC) UMY bekerjasama dengan Ministry of Foreign Affairs Kedutaan Besar Kolombia untuk Indonesia tersebut diadakan pada hari Senin (30/10), di Ruang Sidang Komisi Gedung AR Fachruddin A Lantai 5 kampus terpadu UMY.

Acara dengan bincang-bincang bersama tersebut dibuka oleh Héctor dengan membacakan bab pertama dari bukunya yang berjudul Oblivion: A Memoir. “Buku ini merupakan novel namun bukan berupa cerita yang fiksi, isi dari buku ini adalah fakta. Buku ini mengisahkan tentang ingatan seorang anak mengenai cintanya kepada ayahnya. Novel yang saya tulis ini menceritakan tentang ayah saya yang meninggal dalam konflik yang terjadi di Kolombia. Buku ini merupakan memori buruk yang saya miliki,” ujarnya setelah membacakan beberapa halaman dalam bab 1 buku tersebut.

“Meskipun buku ini merupakan memori buruk yang saya miliki, namun ia merupakan buku yang saya tulis untuk mengingat ayah saya. Saya menulis bagaimana saya sangat menyayangi ayah, saya suka mencium wangi tubuh, suara dan juga tangan ayah saya. Saya menulis buku ini untuk mengingatnya, karena dalam kehidupan cepat atau lambat kita akan melupakan ataupun dilupakan. Karena itu saya ingin ada orang lain nanti untuk mengingat ayah saya dengan membaca buku ini, ketika saya sudah tidak mampu lagi mengingat memori tentang ayah saya. Inilah mengapa saya memilih judul El olvido que seremos, the oblivion that we shall be,” ungkap Héctor.

Ketika Héctor ditanya bagaimana ia dapat menuliskan buku itu dengan mengandalkan ingatannya saja, dijawabnya bahwa ia tidak melkuaknnya sendirian. “Saya sadar bahwa kenyataan yang terjadi tidak sesuai persis dengan apa yang saya tuliskan. Karena itu setelah draft pertama dari buku ini selesai, saya memberikannya kepada Ibu dan Saudari saya agar mereka dapat memeriksa kebenaran fakta yang saya tulis. Mereka berdua yang kemudian melengkapi dan membetulkan tulisan saya, karena bagaimanapun juga ini merupakan buku tentang keluarga kami,” papar Héctor.

Héctor juga memberikan saran kepada peserta yang ingin menulis novel dengan cara ini harus mampu mempertahankan kebenaran yang terjadi. “Tuliskan seluruh fakta yang terjadi apa adanya, kumpulkan sebanyak-banyaknya. Kemudian setelah anda berhasil mengumpulkan fakta-fakta tersebut, baru anda menentukan cara menceritakannya. Apakah dengan cara pandang orang pertama seperti yang saya lakukan, atau dengan sudut pandang orang ketiga, atau malah anda ingin menuliskannya dengan metode dokumenter. Jangan lupa pula perhatikan detil kecil yang terjadi, karena kadang hal tersebutlah yang berkesan bagi pembaca anda,” jelas Héctor.

Dalam kesempatan tersebut, para peserta yang hadir juga berkesempatan untuk mempraktikkan bahasa Spanyol dengan berbincang-bincang langsung bersama Héctor. Di akhir acara Héctor menyebutkan bahwa ia akan menyumbangakan sebuah buku tulisannya ke perpustakaan UMY agar apabila ada mahasiswa yang tertarik dengan karyanya dapat membacanya. (raditia)