Peluang beasiswa penelitian, S2 dan S3 ke luar negeri mulai banyak disosialisasikan oleh lembaga-lembaga yang bergerak di bidang tersebut. Lembaga tersebut seperti Harvard Kennedy School (HKS) dan The Indonesian Scholarship and Research Support Foundation (ISRSF). Keduanya menawarkan pada sarjana Indonesia untuk bisa melakukan penelitian atau pun melanjutkan jenjang pendidikannya hingga S3.
Direktur Eksekutif ISRSF, Benny Subianto mengatakan bahwa HKS dan ISRSF memiliki mekanisme berbeda dalam penyelenggaraan progam beasiswa pendidikan tersebut. Jika HKS hanya dikhususkan untuk sarjana Indonesia yang sedang menulis tesis atau yang sudah menyelesaikan program doktornya untuk melakukan penelitian selama 10 bulan di Harvard Kennedy School, maka beasiswa ISRSF ditujukan pada sarjana yang ingin meraih gelar doktor (Ph.D) di Nortwestern University, Chicago, Amerika Serikat (AS).
“Program beasiswa dari HKS hanya ditujukan bagi dosen-dosen atau mahasiswa doktoral yang ingin melakukan penelitian di luar negeri. Sementara beasiswa dari ISRSF yang ditawarkan selama 7 tahun untuk kuliah di Northwestern University, ditujukan bagi sarjana baik itu sarjana yang baru lulus, atau yang sudah memiliki pengalaman kerja,” ujar Benny di hadapan para dosen, mahasiswa S2 dan S1, serta alumni Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), di ruang sidang utama gedung AR. Fakhruddin A lantai 5 Kampus Terpadu UMY, Selasa sore (12/11).
Menurut Benny yang juga menjadi perwakilan dari HKS, program beasiswa penelitian dari HKS itu nantinya akan diberikan pada dosen, mahasiswa S3 atau yang sudah menjadi doktor, setelah mereka lolos pada seleksi proposal penelitian. Proposal penelitian itu bisa dalam hal akademik atau pun keahlian profesional. “Tapi proposal penelitiannya harus sesuai dengan tema yang telah ditentukan oleh HKS, seperti dalam bidang perekonomian, politik, pemerintah, Islam dan demokrasi maupun energi. Dan status penerima beasiswa HKS ini bukan sebagai mahasiswa, tapi hanya sebagai peneliti. Jadi tidak menerima gelar dari sana, tapi hanya dapat sertifikat sebagai bukti kalau sudah melakukan penelitian di luar,” jelasnya.
Sementara itu, untuk program beasiswa dari ISRSF ditawarkan dalam dua bentuk program, yaitu Arryman Fellows dan Arryman Scholars. Arryman Fellows berlangsung selama satu tahun, yang merupakan masa persiapan dari jenjang S1 sebelum menjadi Ph.D student. Dan Arryman Scholars dengan masa 6 tahun sejak menyelesaikan program Arryman Fellows hingga meraih gelar Ph.D. “Tapi sebenarnya yang harus betul-betul dipersiapkan itu setelah Anda diterima dan menjalani program Arryman Fellows selama 1 tahun, maka 3 tahun berikutnya itu adalah masa-masa beratnya. Karena selama 3 tahun itu nantinya akan dijalani dengan masa-masa kuliah, tugas, dan berbagai seminar. Kemudian 3 tahun berikutnya untuk penelitian,” paparnya.
Benny juga menuturkan, ISRSF dan HKS menyelenggarakan program beasiswa ini bertujuan untuk menghasilkan sarjana, akademisi, dan doktor yang berkualitas dan berkelas dunia di dan untuk Indonesia. ISRSF juga menyadari bahwa Indonesia memiliki banyak Ph.D tapi hanya ada sedikit beasiswa yang ditawarkan pada mereka untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan mengembangkan ilmunya. “Karena itu, kami ingin menghasilkan doktor yang penuh dedikasi, bukan sekadar menjadi dan mendapat gelar Ph.D atau doktor, lalu berhenti melakukan penelitian atau mengembangkan keilmuannya. Gelar doktor atau pun Ph.D itu bukanlah titik akhir, tapi titik awal dari semua perjalanan hidup, sebab sebagai akademisi masih banyak hal yang bisa dilakukan,” ujarnya.
Adapun HKS menerima pengajuan proposal penelitiannya hingga 14 Februari 2014 untuk masa penelitian Agustus 2014 hingga Mei 2015. Sementara bagi pelamar beasiswa ISRSF, berkas-berkas lamaran beasiswanya diberikan waktu hingga 31 Desember 2013, dengan salah satu persyaratannya memiliki nilai IBT TOEFL minimun 70, dan tesnya dilakukan tidak lebih awal dari 1 Juni 2012. (sakinah)