Dewasa ini Gen Z terus menjadi perbincangan masyarakat luas sebab generasi ini dinilai memiliki beberapa kelemahan yang dapat memengaruhi kualitas hidupnya. Kelemahan tersebut seperti kurangnya kemampuan dalam membaca sehingga sulit menyimpulkan sebuah bacaan, sulit menulis, sukar berkomunikasi, dan susah bekerja baik itu secara kelompok maupun individu.
Padahal Gen Z saat ini menduduki populasi penduduk terbanyak di Indonesia, bahkan di 2045 mendatang generasi Z diprediksi akan menguasai peta pemerintahan.
Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Bidang Akademik, Kemahasiswaan, Alumni, dan Al – Islam Kemuhammadiyahan (AIK) Dr. phil. Ridho Al-Hamdi, S.Fil.I., M.A. mengemukakan hal tersebut dalam acara Government Day Semester Gasal Tahun Akademik (T.A.) 2024/2025, Kamis (16/01) di Lobby Fisipol UMY Lantai 1.
Disebutkan, generasi Z menjadi aset penting bagi bangsa Indonesia sehingga perlu adanya arahan dan pendidikan terbaik bagi generasi Z agar negara ini dapat mencapai Indonesia Emas dan Gen Z juga bisa menjadi generasi emas.
“Berbagai permasalahan tadi dapat diminimalisir salah satunya melalui terobosan yang dilakukan oleh Program Studi (Prodi) Ilmu Pemerintahan UMY yakni dengan mengadakan Government Festival. Acara ini diharapkan dapat memberikan apresiasi dan semangat kepada mahasiswa Ilmu Pemerintahan UMY yang didominasi oleh Gen Z agar dapat bersaing di kancah yang lebih luas,” jelas Ridho.
Sejalan dengan Ridho, Kepala Prodi Ilmu Pemerintahan UMY Dr. Tunjung Sulaksono, S.IP., M.Si menjelaskan lebih dalam bahwa Government Festival merupakan sebuah perayaan terhadap karya – karya mahasiswa Ilmu Pemerintahan UMY yang berada pada semester 1, 3, dan 5. Karya – karya yang dipamerkan merupakan bagian dari output mata kuliah, praktikum, pelatihan yang diberikan kepada mahasiswa, dan lain sebagainya.
“Pameran karya terbagi menjadi empat bagian, yaitu video, poster, policy brief, dan worksheet. Program dalam Ilmu Pemerintahan UMY terbagi menjadi dua profil, yakni praktisi politik dan pemerintahan serta sociopreneur. Tugas dalam praktisi dan pemerintahan berkaitan dengan pemerintah di eksekutif dan legislatif, sedangkan sociopreneur bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat,” pungkas Tunjung.
Melalui kreasi tersebut, Tunjung berharap karya yang dihasilkan dapat menjadi rekomendasi dan saran baik itu kepada pemerintah maupun pejabat desa kemitraan untuk mengambil kebijakan. (NF)