Pelayanan kesehatan primer (Primary Health Care) di Indonesia seperti Puskesmas, Poskesdes, dan Posyandu masih perlu untuk terus ditingkatkan. Khususnya dalam hal kualitas pelayanannya (Good Clinical Governance), yang hingga saat ini masih lemah dan belum berjalan maksimal. Hingga berdampak pada tidak meratanya pelayanan kesehatan di kalangan masyarakat, terutama pada masyarakat pelosok yang jauh dari rumah sakit. Padahal, keberadaan Primary Care seperti Puskesmas, Poskesdes dan Posyandu merupakan solusi terdekat mereka untuk bertahan hidup.
Hal itulah yang disampaikan Prof. dr. Hari Kusnanto, Josef, SU., Dr.PH, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM), pada kegiatan 3rd International Conference of Medical & Health Science 2018 di Gedung kembar KH. Ibrahim Kampus Terpadu UMY, Rabu (1/8). Konferensi internasional tersebut diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), sebagai rangkaian acara International Tropical Medicine Summer School (ITMSS) FKIK UMY yang akan berlangsung hingga 19 Agustus mendatang.
Dalam pemaparannya, Prof. Hari pun berpesan agar Indonesia tidak tertinggal dari negara lain dalam hal pelayanan kesehatan primer. “Good Clinical Governance merupakan kunci yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, dengan terus menerus mengembangkan dan mempertahankan standar pelayanan kesehatan yang baik. Dalam level Primary Care seperti Puskesmas, Good Clincal Governance pada faktanya ternyata masih kurang maksimal, hingga berdampak pada kurang meratanya pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang hidup di daerah pelosok dan jauh dari rumah sakit. Padahal keberadaan Puskesmas merupakan solusi terdekat untuk bertahan hidup,” paparnya.
Good Clinical Governance sendiri mirip dengan quality improvement dalam dunia bisnis, yang kemudian diterapkan pada dunia kesehatan dengan melakukan clinical audit, quality group, quality circle, dan benchmarking. “Untuk meningkatkan kualitas kunci tersebut, diperlukan kerjasama tim yang baik dalam pelayanan kesehatan primer. Akan tetapi di Indonesia sendiri masih lemah akan hal ini. Kita masih memiliki tradisi bahwa dokter itu menjadi pemimpin dan menentukan semuanya. Sedangkan untuk mencapai Good Clinical Governance semua individu harus berperan menjadi pemimpin dalam bidangnya, sehingga menciptakan kolaborasi dan kesetaraan,” tambah Prof. Hari lagi.
Tak hanya itu, kolaborasi dan kesetaraan dalam manajemen Primary Care juga perlu dievaluasi dengan mengembangkan kerjasama tim yang terdiri dari dokter, suster, laboran, apoteker, dan pekerja sosial yang berhubungan dengan pasien dan keluarga pasien itu sendiri. “Semuanya harus berperan untuk menanggulangi masalah ini. Semua harus memiliki tanggung jawab untuk merawat pasien, bukan hanya bergantung pada atasan (dokter, red) di setiap puskesmas. Selain itu, kita juga harus mengirimkan orang-orang terbaik dan handal di bidangnya pada setiap Puskesmas, apalagi Puskesmas yang berada di pelosok,” jelas Prof. Hari.
Puskesmas, lanjutnya lagi, juga harus bisa lebih berperan dalam menanggulangi penyakit-penyakit yang sering menyerang masyarakat. “Contohnya seperti sakit mental, depresi kecil, atau penyakit lainnya yang tidak termasuk sebagai kategori penyakit kritis. Hal ini tujuannya agar suatu saat nanti masyarakat yang ada di pelosok dapat disembuhkan melalui pelayanan kesehatan primer. Pada intinya, penyebaran pelayanan kesehatan primer harus merata dan salah satu solusinya adalah dengan meningkatkan kualitas Good Clinical Governance pada setiap level Primary Care. Oleh karena itu kami berharap hal ini dapat terintegrasi dan terlaksana secara maksimal, agar kita tidak tertinggal dari negara lain,” tutur Prof. Hari.
Acara 3rd INternational Conference of Medical & Health Science tahun 2018 kali ini mengangkat tema “From Bench to Applied Sciences Moving towards Integrated Healthcare”. Acara ini dihadiri oleh 150 orang peserta yang terdiri dari mahasiswa asing, dosen, mahasiswa S2 dan S1 yang berasal dari berbagai kota dan universitas. Konferensi internasional yang rutin digelar setiap 2 tahun sejak tahun 2015 ini juga menggandeng berbagai universitas di luar negeri, yakni Universitas Kebangsaan Malaysia, Tokushima University, Department of Biochemistry, Ibn Sina Medical College, dan Faculty of Medicine 14030 Golkoy Bolu Turkey. (pras)