Berita

Indonesia Miliki Peran Penting dalam Perdamaian Dunia

IMG_9777

Indonesia disebut sebagai sebuah negara yang memiliki peran penting dalam perdamaian dunia. Hal ini dikarenakan Indonesia menjadi negara demokrasi terbesar ketiga di dunia. Selain itu, juga menjadi negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, dan menjadi negara penyumbang personel misi pemeliharaan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa terbesar ke-12 dari 122 negara dengan 2.764 personel.

Hal tersebut disampaikan Diana Emilia Sutikno, Kepala Sub-Direktorat Keamanan Internasional pada Direktorat Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata dari Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Politik Luar Negeri, saat menyampaikan materinya dalam Seminar Internasional “Emphasizing Soft Power Diplomacy to Achieve Global Peace”. Seminar ini diselenggarakan oleh Korps Mahasiswa Hubungan Internasional (KOMAHI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dalam rangka HI Festival 2015 dan bertempat di gedung AR Fachruddin B lantai 5 Kampus Terpadu UMY, Senin (1/6).

Menurut Diana, Indonesia tidak hanya memiliki peran penting dalam mewujudkan perdamaian dunia karena sistem dan jumlah umat muslimnya yang terbanyak. Akan tetapi, peran tersebut juga turut tercermin pada setiap kedutaan Indonesia di luar negeri. “Dari kedutaan-kedutaan tersebut, tercermin bahwa Indonesia tidak mengklasifikasikan keistimewaan tertentu bagi masing-masing perwakilan negaranya di luar. Dengan adanya kedutaan-kedutaan Indonesia di luar negeri itu pula, sebenarnya kita memiliki kesempatan untuk bisa ikut berperan dalam mewujudkan perdamaian dunia,” ujarnya. ​

Di samping itu, Diana juga menjelaskan jika dalam politik luar negeri bebas aktif, tujuan dari bebas yaitu untuk menentukan sikap dan kebijaksanaan terhadap permasalahan internasional, dan tidak mengikatkan diri secara apriori pada satu kekuatan dunia. Selain itu, sebuah negara juga memiliki kesempatan untuk turut aktif memberikan sumbangan, baik dalam bentuk pemikiran maupun partisipasi aktif dalam menyelesaikan konflik, sengketa dan permasalahan dunia lainnya, demi terwujudnya ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. “Soft power dalam permasalahan perdamaian dunia tidak hanya tentang kebudayaan saja, tetapi juga tentang berpartisipasi dalam perdamaian dunia, dan turut aktif dalam permasalahan tersebut” paparnya.

Yor Ching Poon Tokuda, selaku Country Director of Global Peace Foundation Indonesia, dalam materinya menjelaskan, Global Peace Foundation memiliki visi sebagai “satu keluarga dibawah Tuhan”, dengan maksud, mereka sebagai NGO yang bergerak dalam bidang kemanusiaan memiliki prinsip penting dalam menyelamatkan, menciptakan, dan menjaga perdamaian dunia. “Fungsi kami bagi dunia yaitu untuk menjaga perdamaian dunia, melalui berbagai aktifitas dan kegiatan-kegiatan sosial yang memiliki peran penting dalam penyelamatan kemanusiaan,” jelasnya.

Sementara itu, Prof. Tulus Warsito, Dosen HI UMY menjelaskan, diplomasi berdasarkan kebudayaan memiliki tiga bentuk, yaitu artifact, socifact, dan mentifact. Artifact merupakan perilaku manusia berdasarkan peninggalan-peninggalan manusia purba. Socifact, merupakan kebudayaan yang menetapkan manusia sebagai anggota masyarakat, sedangkan Mentifact merupakan fakta-fakta yang terjadi di masyarakat berdasarkan kepercayaan dan keyakinan. “Diplomasi dalam kebudayaan merupakan bentuk dari identitas, tradisi, attribute, dan idiom bagi masing-masing negara,”paparnya. (adm)