Perkembangan Ilmu Genomik masih minim diketahui oleh masyarakat Indonesia. Genomik sendiri berbeda dengan GMO (Genetically Modified Organism) atau yang lebih dikenal dengan rekayasa genetis. Genomik merupakan studi tentang seluruh genome dari suatu organisme. Dalam kuliah umum tentang Ilmu Genomik di UMY, Muhammad Arief Budiman,PH.D yang merupakan ahli Ilmu Genomik asal Indonesia yang bekerja sebagai team leader dan senior scientist di Orion Genomics menjelaskan ilmu Genomik kepada mahasiswa pada Sabtu (5/12), di ruang sidang Ar. Fachruddin A lantai 5 Kampus Terpadu UMY.
Arief memaparkan bahwa ilmu genomik memiliki fokus terhadap gen-gen yang dimiliki oleh makhluk hidup, baik itu tumbuhan, hewan ataupun manusia dan juga epic genetic. “Kenapa proyek genome dibutuhkan? Dengan proyek genome kita bisa mengkatalogkan gen-gen pada makhluk hidup, seperti gen seperti apa yang dapat menimbulkan penyakit atau menciptakan bibit unggul,” jelasnya. Arief Budiman juga menyebutkan manfaat lain dalam mempelajari ilmu Genomik adalah kita dapat mengklasifikasikan gen dan juga dapat memanfaatkannya. Jadi, dalam kaitannya dengan GMO, Genomik merupakan ilmunya.
Di Indonesia sendiri hanya segelintir orang yang memahami seputar Ilmu Genomik. Selain itu, Arief Budiman menuturkan, pengembangan penelitian ilmu genomik di Indonesia terkendala beberapa hal seperti perijinan dari pemerintah yang harus melalui proses panjang. “Kami baru melakukan penelitian genomik terhadap kelapa sawit di negara Malaysia karena proses perijinan oleh pemerintah di Malaysia tidak membutuhkan waktu dan proses yang lama. Berbeda dengan di Indonesia yang prosesnya panjang, sehingga saat ini yang dapat kami lakukan hanya sekedar penyampaian ilmu, belum pada tahap penelitian,” ungkap Alumnus Texas A&M University ini lagi.
Dalam penelitian Ilmu Genomik terhadap Kelapa Sawit yang dilakukannya di Malaysia, ia menyampaikan dengan ilmu genomik dapat mengidentifikasi kualitas kelapa sawit yang unggul. Kelapa sawit sendiri memiliki tiga jenis, yakni Dura, Pisifera dan Tenera. Dura merupakan kelapa sawit yang memiliki cangkang sangat tebal, sehingga ketika diproses, mesin akan lebih bekerja keras bahkan dapat membuat mesin cepat rusak. Sedangkan jenis kedua yakni Pisifera merupakan kelapa yang tidak memiliki cangkang sehingga olahan yang dihasilkan juga akan lebih steril dan tidak banyak kandungan minyaknya. Sedangkan jenis ketiga, tenera, merupakan jenis hasil dari pembuahan Dura dan Pisifera. Jenis Tenera memiliki cangkang yang tipis dan kandungan minyaknya 30% lebih tinggi dibandingkan kedua jenis lainnya.
“Oleh karenanya banyak industri kelapa sawit yang berusaha mengembangbiakkan jenis Tenera tersebut. Namun, seharusnya apabila jenis Dura disilangkan dengan Pisifera akan menghasilkan 100% jenis Tenera. Pada realitanya, tidak seluruh hasil persilangan membuahkan 100% Tenera. Beberapa hanya 30% atau bahkan 10%,” papar Arief yang juga merupakan salah satu pendiri Indonesian Muslim Society in America (IMSA). Oleh karenanya, ia menambahkan, ilmu Genomik sangat berperan penting pada pembentukan 100% Tenera tersebut. Dengan Ilmu Genomik akan dapat dijelaskan gen apa saja yang dimiliki jenis Dura dan Pisifera, dan gen mana yang akan menghasilkan 100% Tenera. Oleh karenanya penelitian genomik ini membutuhkan ratusan sampel untuk membandingkan gen-gen yang dimiliki oleh masing-masing kelapa sawit.
Arief Budiman juga mengatakan bahwa pandangan global terhadap genomik sendiri dahulunya negatif. Dunia Global menganggap ilmu genomik yang diaplikasikan dalam kelapa sawit dapat merusak hutan dan mengganggu komunitas orangutan. Namun pada realitanya, setelah Malaysia mengaplikasikan genomik pada kelapa sawitnya, hutan-hutan justru tetap subur dan semakin terjaga kelestariannya karena adanya pembuatan benih-benih unggul hasil dari ilmu genomik tersebut.
Ia juga menambahkan bahwa sesungguhnya genome tidaklah menciptakan suatu tanaman atau spesies baru. Namun pada dasarnya, semua spesies memiliki gen yang beraneka ragam. Seperti contohnya pada tanaman akasia ada yang dapat hidup di tanah gambut. Keanehan tersebut sebenernya merupakan keberadaan mutasi-mutasi gen yang unik dan berkembang menjadi sebuah sumber gen yang baru.
Saat ini, sudah banyak negara-negara di dunia yang tengah mengembangkan penelitian genomik untuk menciptakan bibit-bibit unggul untuk komoditi negaranya. “Amerika, Eropa, Jepang, Korea, China, Selandia baru, bahkan negara tetangga kita, Singapura dan Malaysia sudah mengembangkan ilmu genomik. Jepang mengembangkan genomik untuk padi, ulat sutra, jamur, alga merah,” jelas Arief. Sedangkan Indonesia sendiri masih minim informasi dan pengetahuan terkait ilmu genomik dan pengembangannya terhadap komoditi Indonesia. Muhammad Arief Budiman berharap bahwa kelak para mahasiswa dapat meneliti dan mengembangkan genomik untuk kemajuan komoditi Indonesia. (Deansa)