Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Anies Baswedan, P.hd. menyatakan bahwa Indonesia berpeluang besar menjadi negara pemain kunci yang memainkan peran global seiring tren kebangkitan negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir.
Hal itu beliau sampaikan dalam sambutan penutupan Konvensi Nasional Indonesia Berkemajuan (KNIB) yang digelar di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyayakrta (UMY), Selasa petang (24/5).
Anies memaparkan bahwa sebelum terjadinya revolusi industri yang mendorong tumbuhnya perekonomian negara-negara Eropa, negara-negara di Asia menguasai 60 persen GDP (Gross Domestic Product) seluruh dunia. Pada akhir tahun 1990-an, ekonomi negara-negara Asia seperti Jepang, Korea Selatan, China, dan India kembali bangkit. Namun di sisi lain, negara-negara tersebut tidak mampu bekerjasama dalam pembangunan melihat persoalan kultural politik yang tidak terbangun.
Berbeda dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Filiphina di mana kondisi kultural politik di kawasan ini terbangun dengan baik diperlihatkan dari terbangunnya kerjasama multirateral dalam forum ASEAN, hal itulah yang membuat Anies menyatakan bahwa masa depan Asia ada di negara kawasan Asia Tenggara. “Indonesia memiliki posisi yang sangat strategis sebagai negara terbesar di kawasan Asia Tenggara di mana Indonesia akan menjadi mesin terkuat di kawasan ini,” tutur Anies.
Anies Baswedan menilai Indonesia memiliki modal sosial yang besar untuk mewujudkan kondisi tersebut. Menurut Anies, modal utama tersebut berupa keunggulan mengelola kebhinekaan yang tidak dimiliki oleh negara lain di Asia seperti India, Afganistan, Pakistan, dan Papua Nugini. Hal itulah yang harus terus dirawat oleh masyarakat Indonesia
“Ketika saya berada di forum internasional saya mengatakan bahwa dunia harus belajar ke Indonesia tentang demokrasi khususnya dalam mengelola perbedaan, bukan sebaliknya,” tutur Anies.
Di samping itu, modal sosial tersebut juga harus didukung dengan pengembangan kualitas manusia-manusia Indonesia, terlebih pada dua aspek yakni kesehatan dan pendidikan, dua aspek yang menjadi hajat utama persyarikatan Muhammadiyah. Tugas generasi masa kini ialah memastikan pendidikan sesuai dengan masa depan. Selain itu, infrastruktur yang dibangun juga harus beres.
Dalam sambutannya, Anies juga menyampaikan harapannya kepada persyarikatan Muhammadiyah ke depan sesuai dengan visi Indonesia berkemajuan. “Tema konvensi ini sangat penting mengingat Indonesia tengah dalam persimpangan jalan, Muhammadiyah harus berani menjadi pelopor tidak hanya dalam percaturan domestik maupun nasional, namun sudah saatnya Muhammadiyah mengambil peran dalam percaturan global di level Asia melewati teritorial batas negara,” tutup Anies.
Sementara itu, Drs. H. A. Dahlan Rais, M.Hum membacakan pokok-pokok pikiran hasil KNIB Pokok-pokok pikiran tersebut berdasarkan gagasan-gagasan yang disampaikan narasumber KNIB yang telah terselenggara dari tanggal 23 hingga 24 Mei 2016. KNIB sendiri ditutup secara resmi oleh Ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr. H. Haedar Nashir, M.Si. (suf)