Disadari atau tidak, dalam kehidupan di masyarakat ternyata banyak sekali dijumpai limbah rumah tangga yang sebenarnya dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan baku sebuah karya seni atau kerajinan. Namun untuk dapat mewujudkan hal tersebut diperlukan adanya kreativitas, ketelatenan, keuletan, dan rasa seni. Selama ini sebagian besar limbah rumah tangga dibuang begitu saja karena dirasa sudah tidak memberikan manfaat. Hal ini disebabkan antara lain oleh kurangnya informasi dan publikasi inovasi-inovasi hasil kajian dan penelitian ke masyarakat.
Demikian disampaikan Ir. Agung Astuti, MSi, Dosen Agroteknologi Fakultas Pertanian UMY pada pengantar pelatihan pembuatan hortirarium memeriahkan UMY Expo dalam rangka Muktamar Muhammadiyah 1 Abad, Rabu (7/7) di Kampus Terpadu UMY.
Dalam pelatihan yang diikuti oleh pengunjung dari berbagai daerah seperti Lamongan, Madiun, Jombang, Kudus, Bali, Jember, Malang dan Yogyakarta, Agung Astuti mencontohkan limbah rumah tangga yang berupa potongan sayuran atau buah yang tidak termanfaatkan dapat dirangkai di dalam sebuah botol atau wadah tertutup sehingga menghasilkan sebuah karya hortirarium yang mempunyai nilai seni, artistik, unik, dan menarik. Dengan penataan yang baik dan sentuhan seni serta diberikan asesoris yang sesuai maka akan diperoleh hortirarium dengan nilai jual yang tinggi. “Hortirarium ini merupakan salah satu contoh bagaimana limbah rumah tangga atau produk hortikultura yang kurang layak untuk dikonsumsi yang selama ini tidak pernah diperhatikan, ternyata dapat dijadikan karya seni yang bernilai jual tinggi. Namun untuk menghasilkan hortirarium yang baik diperlukan kreativitas, inovasi, dan rasa seni”, tambah Agung.
Sementara itu menanggapi tingginya minat dari peserta pelatihan dan pengunjung UMY Expo terutama dari kalangan ibu-ibu ‘Aisyiyah, kelompok pengajian dan remaja putri, Agung yang juga Ketua Jurusan Agroteknologi UMY menilai bahwa hal ini menunjukkan masyarakat sangat mengharap adanya inovasi dan transfer teknologi dari lembaga terkait seperti perguruan tinggi. “Mungkin mereka tidak akan pernah tahu bagaimana memanfaatkan limbah rumah tangga atau apa hortirarium itu serta bagaimana cara membuatnya kalau mereka tidak secara kebetulan mengikuti pelatihan. Itu menunjukkan bahwa kita harus lebih sering terjun ke masyarakat untuk menyampaikan informasi dan memberdayakan mereka. Itulah hakikat Surat Al-Ma’un yang menjadi rujukan Muhammadiyah dalam berkarya nyata di masyarakat”, tambah Agung.