Berita

Integrasi DEBAR dan Literasi Kesehatan Digital Cegah Penyakit Tidak Menular

Program Profesi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) bermitra dengan Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) UMY dan perangkat Dusun dan RT serta warga di DK II Kersan Bantul melaksanakan Launching Dusun Sehat Bebas Asap Rokok (DEBAR), Literasi Kesehatan Digital, serta Posbindu PTM (pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular) pada hari Minggu (10/2). Kegiatan tersebut merupakan salah satu program Pengabdian Masyarakat (Abdimas) Pengembangan Desa Mitra (PDM) Dosen UMY yang dijalankan bersama dengan rangkaian kegiatan mahasiswa Profesi Ilmu Keperawatan UMY Stase Komunitas, serta bersinergi dengan kegiatan Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) UMY.

Ketua Abdimas PDM DEBAR yang juga Dosen Prodi Ilmu Keperawatan FKIK UMY, Resti Yulianti Sutrisno, M.Kep., Ns., Sp.Kep.MB menyampaikan pelaksanaan dusun sehat bebas asap rokok ini sebagai upaya mendukung Kabupaten Bantul sebagai Kabupaten Sehat serta mendukung implementasi Kawasan Bebas Asap Rokok seperti yang diamanahkan dalam Peraturan Bupati Bantul No.18 Tahun 2016 tentang Kawasan Sehat Bebas Asap Rokok. Kegiatan launching ini merupakan puncak dari rangkaian kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya seperti workshop dan sosialisasi di kader posyandu, Pengurus DK II Kersan, Ketua RT serta warga DK II Kersan.

“Adanya Kawasan Sehat Bebas Asap Rokok ini sejalan dengan tujuan dari Perbup yaitu diharapkan akan melindungi masyarakat khususnya kelompok rentan antara lain bayi, balita, ibu hamil dan lanjut usia, terhadap resiko ancaman gangguan kesehatan akibat asap rokok. Apalagi hal ini didukung oleh masuknya rumah sebagai salah satu Kawasan Bebas Asap Rokok menurut Perbup Bantul No.18 Tahun 2016, selain tempat pertemuan dan lainnya. Adannya dusun sehat bebas asap rokok ini diharapkan juga bisa mengatasi salah satu permasalahan yang menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan paparan tertinggi secondhand smoke di area rumah berdasarkan data dri The Tobacco Atlas 6th ed (2018),” papar Resti, saat dihubungi pada Selasa (12/2).

Program lainnya, Literasi Kesehatan Digital, menjadi wadah bagi masyarakat untuk mengelola informasi mengenai kesehatan di wilayah DK II Kersan melalui media sosial berbasis internet. “Dalam era 4.0 revolusi industri saat ini, penggunaan internet di Indonesia meningkat mencapai 54,7 persen dari total populasi penduduk Indonesia. Banyaknya pengguna tersebut membuat banyak sekali informasi yang kemudian disebarluaskan melalui gawai yang mereka miliki, yang seringkali info yang diteruskan adalah hoaks yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Terlebih untuk hoaks dalam konteks kesehatan yang sebenarnya malah membahayakan, untuk itu melalui program ini masyarakat setempat akan diarahkan agar mampu mengelola informasi yang didapat, menganalisis, serta mengintegrasikannya dalam implementasi hidup sehat sehari-hari. Akses informasi tersebut merupakan potensi yang besar jika digunakan dengan bijak, dan sebaliknya menjadi bumerang ketika tingkat literasi digital masyarakat penggunanya rendah. Karena itu kemampuan untuk menggunakan teknologi digital dan mengakses informasi menjadi hal yang sangat penting,” jelas Dianita Sugiyo, S.Kep., Ns., MHID, Dosen Prodi Ilmu Keperawatan FKIK UMY sebagai tim Abdimas PDM Literasi Kesehatan Digital tersebut.

Kemudian Posbindu PTM akan menjadi wadah bagi masyarakat setempat untuk melaksanakan kegiatan program sekaligus menjadi pusat informasi mengenai PTM yang dikelola oleh kader yang telah dibentuk. Pos tersebut ditujukan untuk orang dalam masa produktif pada kisaran umur 15 hingga 59 tahun. Kegiatan yang dilakukan akan dilaksanakan rutin setiap hari minggu kedua setiap bulannya.

Ubah Kebiasaan

Dijelaskan oleh Khanif Ainun Fajri, Kepala DK II Kersan, rangkaian program yang dijalankan tersebut merupakan sebuah usaha untuk membuat wilayah tempat tinggal yang sehat untuk keluarga dan juga masyarakat sekitar. “Inti dari program yang kami jalankan di sini adalah untuk berkomitmen menciptakan lingkungan yang sehat bagi diri sendiri. Karena itu yang dilakukan di sini adalah memberikan dorongan ke warga yang merokok untuk tidak melakukan aktivitas merokok di kawasan umum dan juga di rumah, bukan melarang mereka untuk merokok sepenuhnya. Karena untuk berhenti pun ada tahapannya dan program DEBAR ini bisa menjadi awal yang baik bagi masyarakat dalam memahami bahaya paparan asap rokok pada diri sendiri dan orang lain,” jelasnya. (raditia)