Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang juga tercantum dalam The Universal Declaration on Human Rights. Namun, beberapa kondisi menghalangi seseorang mendapatkan akses pendidikan. Misalkan keadaan ekonomi ataupun konflik politik di sebuah negara yang memaksa individu menjadi pengungsi ke luar negeri agar tetap bisa hidup, mendapat keamanan, dan juga mendapatkan pendidikan. Akan tetapi, akses pendidikan di negara tujuan nyatanya masih terbatas sehingga inilah yang menjadikan International Program of Communication Study (IPCOS) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tergerak untuk membantu para pengungsi luar negeri ini untuk bisa terus belajar melalui program Summer Course 2022 yang diselenggarakan sejak 11 Juli hingga 15 Agustus 2022 mendatang secara daring.
Direktur IPCOS UMY, Dr. Muria Endah Sokowati saat dihubungi pada Kamis (21/7) mengatakan bahwa pihaknya membuka kelas tersebut sebagai bentuk kepedulian terhadap dunia pendidikan tanpa memandang status sosial peserta didiknya. “Kami membuka kelas ini sebagai bentuk kepedulian kami terhadap pendidikan, termasuk para pengungsi yang masih termarginalisasi karena minimnya akses pendidikan bagi mereka,“ ujarnya.
Kegiatan ini menurut Muria juga bersinergi dengan tema dari program Summer Course UMY 2022 yang mengangkat tema Rethinking Communication, Media, and Diversity on Indonesian Context. “Sehingga para pengungsi bisa memahami secara general mengenai proses kerja media Indonesia ketika menampilkan perbedaan agama, suku, gender, sosial, termasuk kaum minority dan disabilitas sehingga bisa merefleksikan dalam pengalaman mereka sebelumnya,” jelasnya.
Program Summer Course 2022 untuk pengungsi luar negeri ini merupakan hasil kerjasama IPCOS UMY dengan International Organization for Migration (IOM) di Indonesia yang diikuti oleh 33 peserta dari Bangladesh, Sri Lanka, Myanmar, dan Somalia. Muria juga menyambut baik antusiasme pengungsi yang bergabung dalam kegiatan ini. “Kami juga percaya bahwa pendidikan itu hakikatnya memerdekakan manusia, meski mereka tidak merdeka secara kewarganegaraan setidaknya kami masih memberikan kesempatan agar mereka tetap merdeka dalam berpikir,” ujarnya.
Muria juga menegaskan selain melakukan progam Summer Course untuk pengungsi luar negeri, IPCOS bersama IOM juga akan melakukan kegiatan lainnya bagi para pengungsi ini. Kegiatan lain yang sudah terencana diantaranya KKN Tematik dan beberapa kuliah praktikum yang akan dirancang sedemikian rupa sehingga dosen dan mahasiswa di program studi Ilmu Komunikasi maupun IPCOS UMY akan bisa terus berkontribusi untuk para pengungsi.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Head of Communication Unit IOM Indonesia, Ariani Hasanah Soejati menyatakan pihaknya percaya bahwa pendidikan yang berkualitas akan mampu meningkatkan peluang hidup masyarakat, tak terkecuali bagi para pengungsi. “Kami percaya bahwa pendidikan yang berkualitas dapat meningkatkan peluang hidup, efikasi diri, kohesi sosial, dan ketahanan. Ini merupakan solusi yang bermanfaat untuk semuanya. Keyakinan inilah yang akhirnya membuat IOM melakukan kolaborasi secara sistematis dengan IPCOS UMY. Dan saya melihat para pengungsi cukup antusias ya, bisa dilihat dari angka yang mendaftar ke program ini,” tegas Ariani.