Perhelatan G20 yang akan dilaksanakan pada bulan November mendatang di Bali turut menyediakan platform baru bagi kepemimpinan global Indonesia sebagai Presiden G20. Indonesia bisa mengambil peluang peran yang lebih besar dalam meningkatkan citra dan kekuatannya di ranah internasional melalui G20 tersebut.
Faris Al Fadhat, S. IP, M.A., Ph.D., Dosen Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (HI UMY) memaparkan hal tersebut dalam Konferensi Internasional ke-11 tentang Bisnis, Hubungan Internasional, dan Diplomasi. Konferensi tersebut digelar oleh Bina Nusantara University (Binus) dan dilaksanakan pada Kamis (13/10) di gedung Auditorium Binus University.
“G20 menjadi salah satu wadah terbaik yang bisa dimanfaatkan Indonesia dalam memperluas perannya sebagai negara middle-power. Oleh karena itu, di kesempatan ini Indonesia memiliki kapasitas menavigasi forum global untuk berbicara sebagai perwakilan negara berkembang sekaligus mengadvokasi negara-negara berkembang lainnya dalam persoalan ekonomi,” terang Faris di Auditorium Universitas Bina Nusantara, Kamis (13/10) siang.
Dalam konferensi internasional yang mengusung tema “Contemporary Changes In World Order” ini, Faris lebih lanjut memaparkan peran Indonesia sebagai presiden G20 tahun ini akan meningkatkan integrasi nasional di ranah yang lebih besar.
“Di tengah perubahan kontemporer dalam sistem keuangan global yang juga berubah dalam 20 tahun terakhir turut memperluas peran kepemimpinan global Indonesia di luar wilayah regional ASEAN ke internasional. Hal ini tentunya semakin menguatkan posisi Indonesia sebagai negara berpengaruh di wilayah Asia Tenggara dengan meningkatkan integrasi regional baru di wilayah yang lebih besar dalam membantu investasi perdagangan arus modal,” paparnya.
Meskipun demikian, menurut Dosen HI UMY yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Al-Islam Kemuhammadiyahan UMY ini menambahkan bahwa Indonesia juga harus tetap berhati-hati dalam memanfaatkan besarnya peluang memperluas peran di kancah internasional karena tantangan domestik dan global juga turut menyertai peluang tersebut.
“Ada beberapa tantangan yang turut menghambat perluasan peran Indonesia dalam kepemimpinan global, yaitu tingginya ketimpangan antar individu kaya dan miskin, kondisi ekonomi global yang masih dalam masa pemulihan pasca pandemi, dan adanya perang antara Rusia-Ukraina yang diprediksi akan menyebabkan terjadinya resesi ekonomi global yang berdampak pada seluruh dunia,” tambahnya.
Menyikapi tantangan yang ada tersebut, menurutnya perlu dilakukan identifikasi mendalam dan tepat terkait potensi apa saja yang dimiliki Indonesia saat ini, baik itu yang menjadi prioritas jangka panjang maupun jangka pendek. (YA)