Menyongsong agenda Kompetisi Jembatan Indonesia (KJI) yang akan dilaksanakan pada akhir bulan Oktober 2023, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) melakukan audiensi dengan pihak Kepolisian Daerah (Polda) DIY pada Senin (2/10). Audiensi ini juga sebagai bentuk konsolidasi atas kompetisi nasional yang rutin setiap tahun diadakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologib(Kemendikbudristek) ini kepada instansi pemerintah terkait. Akan dilaksanakan selama lima hari, UMY juga berharap agar pihak kepolisian melalui Polda DIY dapat memberikan bantuan keamanan selama KJI berlangsung.
Kunjungan dari UMY ke Polda DIY diterima langsung oleh Dirintelkam Polda DIY. Ketua panitia KJI 2023 Dr. apt. Rifki Febriansah, S.Farm., M.Sc. mengatakan jika UMY ingin mengajak kepolisian untuk ikut terlibat dalam KJI mengingat acara berskala nasional ini akan dihadiri oleh sekitar 400 orang dari berbagai daerah. “Maka harapannya, dengan adanya pihak kepolisian yang membantu mengontrol dan mengamankan situasi dan kondisi selama acara agar tidak mengganggu aktivitas di lingkungan sekitar yang mungkin dapat terjadi, seperti kemacetan atau hal lainnya,” ujar Rifki.
Rifki yang juga merupakan Kepala Lembaga Pengembangan Kemahasiswaan dan Alumni (LPKA) UMY menjelaskan jika akan ada 18 tim dari berbagai perguruan tinggi yang akan berlaga di final KJI 2023 pada 16 hingga 20 Oktober 2023. “Dengan setiap tim yang akan membawa sekitar 10 peserta, maka kurang lebih akan ada 200 peserta yang hadir. Dan biasanya, setiap tim akan membawa tim pendukung sendiri yang bisa mencapai 10 orang sehingga estimasinya bisa mencapai 400 orang selama lima hari acara,” imbuhnya.
Dirintelkam Polda DIY antusias dalam menyambut diadakannya KJI tahun ini, juga terutama karena akan bertuan rumah di Yogyakarta. Menurutnya, banyaknya event berskala besar yang digelar di Yogyakarta merupakan hal yang positif karena dapat berdampak positif bagi banyak sektor termasuk usaha-usaha kecil menengah yang dikelola masyarakat sekitar, mengingat banyaknya pengunjung dari luar Yogyakarta yang akan datang.
“Ada banyak sekali event yang digelar di Yogyakarta setiap tahunnya. Masyarakat pun banyak yang mengaku senang akan hal ini, terutama para pelaku usaha karena dapat menaikkan pendapatan mereka, seperti usaha kuliner dan penginapan,” ujarnya. Ia juga berpesan agar pihak penyelenggara acara dapat mempersiapkan semua kebutuhannya dan tidak meninggalkan tanggungjawabnya, terutama yang dapat merugikan masyarakat.
“Beberapa waktu yang lalu sempat ada penyelenggara acara besar yang tidak membayar uang hotel padahal sudah dilakukan pemesanan. Tentu ini berdampak buruk bagi masyarakat, karena bagaimanapun salah satu roda penggerak ekonomi masyarakat Yogyakarta adalah bisnis di sektor pariwisata seperti penginapan dan tempat makan atau kuliner,” pungkasnya. (ID)