Berita

Jiwa Nasionalisme Harus Melekat Pada Diri Generasi Milineal

Penandatanganan Deklarasi Mahasiswa Jogja Anti Narkoba

Indonesia merupakan negara yang merderka di atas perjuangan para pahlawan dengan jiwa nasionalisme yang tinggi dan persatuan rakyat Indonesia. Hal tersebut harus mampu ditanamkan terhadap generasi milineal saat ini. Untuk itu Lembaga Kami Indonesia menyelenggarakan seminar motivasi bertajuk “Spirit Of Indonesia” pada Minggu (15/04) di
Gedung Sportorium Kampus Terpadu UMY. Acara tersebut bertujuan untuk menanamkan jiwa nasionalisme dan rasa empati terhadap kondisi sosial masyarakat.

Dr. H. Mahyudin, St, MM, Selaku Wakil Ketua MPR Republik Indonesia menyampaikan bahwa sebagai lembaga berdiri atas kehendak rakyat, pihaknya konsisten serta berkomitmen untuk terus berupaya membangun Indonesia menuju bangsa yang berdaulat, adil dan makmur. “Jika kita semua ingin membangun Indonesia maka tanamkan dalam hati kita rasa persatuan dan kesatuan yang kuat. Mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari jiwa Pancasila dan memasyarakatkan Undang-undang Dasar serta Bhineka Tunggal Ika. Kita lanjutkan perjuangan para pejuang pendahulu kita, karena Indonesia bisa berdiri sampai saat ini tak lain adalah dari jasa para pahlawan kita yang didasari semangat persatuan,” ujar Mahyudin.

Lebih lanjut Mahyudin menuturkan bahwa pemerintah saat ini sudah saatnya untuk bersatu dan berkolaborasi untuk memberantas korupsi, radikalisme, terorisme, narkoba serta paham-paham yang bertolak belakang dengan adat istiadat Indonesia. “Tokoh-tokoh nasional kita dewasa ini sudah banyak terjerat kasus korupsi, hal ini bukan contoh
baik untuk generasi muda. Kemudian di era globalisasi dan teknologi juga saya menekankan untuk tetap mengutamakan rasa nasionalisme dan bergotong royong dalam bermasyarakat. Karena semangat gotong royong sekarang sudah mulai tidak ada, disebabkan adanya teknologi yang berdampak menjadikan manusia individualistik,” papar Mahyudin.

Hal senada disampaikan oleh Dr. Abraham Samad, S.H., M.H., selaku ketua KPK periode 2011-2015. Ia mengungkapkan bahwa generasi milineal harus siap menjadi pemimpin yang mampu mengubah sistem pemerintahan dengan mengedepankan rasa kejujuran dan intergritas. “Seorang pemimpin ada yang memimpin sesuai dengan watak dan gaya hidupnya sendiri. Ada juga pemimpin yang bergantung terhadap keputusan orang lain. Sangat wajar jika hal tersebut melekat dalam diri seorang pemimpin, karena sejatinya seorang pemimpin adalah yang memiliki pengaruh terhadap rakyatnya. Kita semua harus bisa mengejar apa yang kita inginkan baik menjadi seorang pemimpin, akademisi, praktisi, ilmuan, budayawan dan sebagainya. Namun satu yang harus ditanamkan dalam diri kita, seberapapun perjungan kita saya tekankan jangan pernah curang dalam
berproses. Karena sekecil apapun melakukan hal yang kontradiktif maka anda semua sudah menanamkan hal buruk di masa mendatang,” imbuhnya.

Lebih lanjut Abraham menambahkan bahwa manusia seutuhnya adalah manusia yang mampu bertahan di atas kejujuran dan integritas dalam kehidupannya. “Pendidikan adalah kunci utama untuk memiliki moralitas dan akhlaq, karena dalam pendidikan kita diajarkan untuk jujur, adil, simpati, empati dan peka terhadap lingkungan sosial. Hal ini menjadi modal utama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk itu saya berharap dengan adanya era globalisasi kita mampu memilah mana yang bermanfaat dan mana yang tidak dan tetap mengedepan kearifan lokal. Kemudian hiduplah dengan kejujuran dan integritas, karena tidak banyak orang yang berani jujur,” tandasnya. (Sumali)