Indonesia perlu meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) menjadi 40% untuk Perguruan Tinggi. Hal ini menjadi kebijakan Kementrian Agama RI di tahun 2025 mendatang, demi Indonesia yang lebih maju. Saat ini, APK Indonesia baru mencapai angka 18,7%. Dari angka tersebut, prosentase Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) memiliki proporsi 2,1%. Artinya mahasiswa yang bersekolah di PTAI baru berjumlah 566.000 orang. Untuk itu, PTAI tidak perlu membatasi pendaftaran mahasiswa. PTAI seharusnya justru meningkatkan pelayanan terhadap mahasiswa serta meningkatkan kualitas pembelajaran baik dosen maupun sarana dan pra sarana. Hal ini penting dilakukan, karena sebenarnya peluang kerja bagi sarjana Agama Islam masih terbuka lebar.
Hal ini disampaikan oleh Prof. Dr. H. Dede Rosada, M.A, Direktur Diktis Kementrian Agama Republik Indonesia, saat menjadi pembicara dalam acara “Diseminasi Pengembangan Prodi Studi Islam di Perguruan Tinggi Agama Islam”. Acara ini diselenggarakan oleh Fakultas Agama Islam UMY, Sabtu (17/12) bertempat di Kampus Terpadu UMY.
Menurut Dede, peningkatan kualitas dosen bisa dilakukan dengan beberapa cara. Antara lain melalui penguatan kualitas pendidikan, loyalitas, dan akuntabilitas dosen. “Dosen tidak perlu pintar, tapi harus bisa memintarkan mahasiswa. Selain itu dosen pun harus rajin menulis baik jurnal maupun buku. Dengan membuat sendiri jurnalnya, dosen akan sangat menguasai dengan baik materi kuliahnya dan siap ditanyai kapan saja oleh mahasiswa. Hal ini akan membawa kepuasan tersendiri untuk mahasiswa,”ungkapnya.
Lebih lanjut Dede menambahkan, dosen dituntut untuk loyal dan sering berada di kampus. Menurut penelitiannya, tidak ada kaitannya brosur dan iklan dengan ketertarikan mahasiswa mendaftarkan diri di sebuah kampus. Mereka lebih banyak mendaftar karena ada rekomendasi dari mahasiswa sebelumnya. “Keberadaan dosen di kampus menjadi hal yang penting. Karena dengan siap ditemui di kampus setiap saat, mahasiswa akan merasa diperhatikan. Hal ini juga menyangkut loyalitas dan akuntabilitas dosen. Hal ini harus disadari oleh para dosen, selama dosen masih suka nyambi, tentu akan berbeda efeknya. Sebaiknya dosen fokus untuk meningkatkan kualitasnya sebagai pengajar. Bisa dengan menulis jurnal, sehingga dosen benar-benar menekuni profesinya dan terus produktif,” tambahnya.