Bagi dokter gigi, penting untuk menjadi idola anak. Usia dini adalah waktu di mana mereka masih perlu diperhatikan untuk merawat gigi. Untuk itu, dokter gigi juga harus memiliki kreatifitas dalam menghadapi anak.
Demikian dituturkan Ketua Dewan Pembina Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia, Kak Seto (Dr. Seto Mulyadi, Psi, M.Si), Jumat (11/5) saat mengisi Dental Research Exhibition and Meeting (DREAM) 2012 yang diadakan Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (KG UMY) di Hotel Royal Ambarukmo, Yogyakarta.
Kak Seto mengatakan, pada dasrnya setiap anak memiliki keunikan yang berbeda-beda dan perlu dihargai. Sehingga tidak ada metode yang baku dalam menangani anak. Hal ini mengapa kreatifitaslah yang perlu dimiliki seorang dokter gigi.
“Suasana menyenangkan adalah hal yang diharapkan anak-anak ketika memasuki ruang periksa gigi. Pendekatan individual harus dilakukan. Dokter gigi juga harus bisa jadi penyanyi, pendongeng, bermain boneka dan hal-hal yang disenangi anak” jelasnya.
Kak Seto menjelaskan, perlu ditekankan bahwa merawat gigi adalah proses belajar. Memaksa anak untuk periksa gigi harus dihindari. “Jika si anak belum mau diperiksa, masih ada besok hari. Anak-anak perlu didengarkan pendapatnya. Ini merupakan hak partisipasi yang perlu didapatkan anak”
Hidup sehat termasuk merawat gigi menurut Kak Seto memang harus dibiasakan sedini mungkin. Menurutnya, usia 2 tahun menjadi waktu yang paling tepat untuk membiasakan hal ini. “Bahkan mengajarkan sikat gigi di Taman Kanak-kanak pun sudah terlambat. Anak usia di bawah 4 tahun masih berkemampuan belajar sebanyak 50 %, usia 4 sampai 8 tahun hanya 30 %. Selebihnya akan tambah menurun” jelasnya.
Menurut Steering Committee yang juga dosen KG UMY drg. Iwan Dewanto, MM, Kak Seto memang dihadirkan untuk melihat dunia kedokteran gigi melalui aspek psikologi pada penanganan pasien anak. “Banyak anak yang trauma setelah datang ke dokter gigi sehingga akan berdampak buruk pada perawatan gigi anak tersebut. Dokter gigi pun perlu tahu cara pelayanan gigi yang tidak menimbulkan hal-hal semacam ini”
Selain Kak Seto, acara yang diadakan sejak Kamis hingga Sabtu (10-12/5) ini juga diisi sekitar 15 pakar gigi ternama baik local maupun internasional. Di antaranya ahli estetik gigi drg. Robert H. Dharma dan drg. H. M. Bernard Iskandar, Sp.KG Hadir pula Dr. Gary Cheung, Ph.D, ahli rehabilitasi gigi endodontik yang dikenal dunia dari Hongkong selain juga pakar-pakar gigi Thailand, Singaupra, dan Jepang.
“Ada juga 36 peneliti dari seluruh Indonesia yang memaparkan penelitian kedokteran gigi. Atmosfer pendidikan kesehatan gigi jelas sangat kental dalam acara ini. Ini menjadi awal para dokter gigi Indonesia untuk membuat gebrakan teknologi kedokteran di Indonesia” pungkasnya. (fariz)