BANTUL (UMY)- Pimpinan Pusat Muhammadiyah terus berupaya menyatukan pemahaman yang sama atas apa yang selama ini disuarakan agar seluruh dunia Islam memiliki satu kalender global. Tak lain yakni Kalender Islam Global Unifikasi (KIG) sebagai jalan untuk mempersatukan umat Islam di dalam memasuki tanggal dan tahun baru berbasis kalender. KIG tersebut sekaligus juga merupakan upaya mengurangi perbedaan-perbedaan yang selalu berdampak dan tidak dapat di kendalikan.
“Tapi semuanya tentu butuh silaturrahmi yang panjang sampai terwujudnya Kalender Islam Global ini, tapi kita tidak boleh kehilangan harapan,” tutur Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dalam acara Silaturrahmi Idul Fitri 1444 H PP Muhammadiyah di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada Ahad (30/4).
Menurutnya, untuk menyatukan pemahaman tentang KIG memerlukan silaturrahmi dan makna silaturrahmi dalam konteks yang lebih mendalam dan lebih luas. Tidak sekadar mempertautkan persaudaraan sebagaimana akar katanya yaitu silah wa rahmi yang bersifat relasi sosial biasa, dalam bentuk salam-salaman, saling memaafkan, atau acara-acara seremonial. Namun, bagaimana menarik makna silaturrahmi dalam relasi sosial yang lebih luas untuk membangun kehidupan yang lebih berkeadaban dan lebih berkemajuan.
Oleh karena itu Muhammadiyah selalu mencari solusi dari perbedaan yang sering terjadi terkait penanggalan awal baru bulan Ramadhan, Idul Fitri dan Dzulhijjah pada kalender Islam global unifikasi yang merupakan semangat Muhammadiyah untuk bersilaturrahmi menyatukan satu kalender yang berlaku untuk semua kaum muslimin sekaligus mencari penyelesaian dari perbedaan-perbedaan tersebut.
“Itulah pentingnya kita menarik garis silaturrahmi ini pada titik yang lebih luas, jika kita dan saudara-saudara muslim lainnya selalu menggelorakan ukhuwah insaniyah, maka terimalah kalender Islam global itu sebagai wujud dari ukhuwah insaniyah,” jelas Haedar.
Dalam kesempatan yang sama, Syamsul Anwar Ketua PP Muhammadiyah juga menyebut penyatuan kalender Islam global ini merupakan bagian dari Risalah Islam Berkemajuan, sebagai rumusan hasil dari Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Surakarta. “Kalender Islam Global Unifikasi merupakan pengkhidmatan Muhammadiyah untuk urusan internasional,” ungkapnya.
KIG, menurut Syamsul Anwar memiliki manfaat dan urgensi. Diantaranya menyatukan jatuhnya hari-hari ibadah umat Islam, terutama pelaksanaan ibadah yang waktunya lintas kawasan, seperti Puasa Arafah. “Ini tidak bisa dibuktikan dengan kalender lokal, melainkan harus dengan Kalender Islam Global,” pungkasnya. (mut)