Indonesia saat ini memiliki bonus demografis berupa populasi penduduk yang mencapai lebih dari 250 juta dan terus meningkat hingga 2035. Kondisi ini tentunya akan semakin meningkatkan jumlah penduduk dengan usia produktif dibandingkan dengan usia non produktif yang mencapai lebih dari 60%. Kondisi ini di satu sisi memang menjadi kelebihan bagi Indonesia, namun di satu sisi juga menjadi tantangan. Bagaimana Indonesia dengan jumlah penduduk produktifnya tersebut dapat membawa kesejahteraan bagi rakyat, bangsa dan negaranya di saat persaingan global telah masuk ke Indonesia. Dan untuk meningkatkan kualitas penduduk Indonesia yang berusia produktif tersebut Perguruan Tinggi tentunya memiliki peran yang sangat penting, untuk membantu agar Indonesia bisa menjadi lebih sejahtera dan bisa menjadi negara yang kompetitif.
Demikian pemaparan Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd., selaku Sekretaris Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI, saat menyampaikan pidato Milad UMY ke 35 di Gedung AR Fachruddin B lantai 5 pada Selasa, (22/03), mewakili Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI, Prof. Dr. Muhammad Nasir. Dalam pemaparanya ia mengatakan bahwa Perguruan Tinggi sangat diperlukan untuk menjawab tantangan di era persaingan global seperti salah satunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). “Bila kita ingin menjadi suatu negara yang kompetitif dan sejahtera, untuk meningkatkan daya saing suatu negara, peranan perguruan tinggi sangat menentukan,” ujar Prof. Sutrisna.
Berdasarkan data dan proyeksi McKinsey Global Institute tahun 2012, Prof. Sutrisna kembali menjelaskan bahwa saat ini Indonesia menempati posisi ke 16 sebagai negara dengan ekonomi terbesar. Dipastikan pada tahun 2030 Indonesia akan termasuk ke dalam jajaran 7 negara dengan ekonomi terbesar. Untuk memenuhi proyeksi positif tersebut, diperlukan peningkatan tenaga kerja terampil, berkualitas dan professional untuk bersaing di tingkat global, dan ini adalah peran perguruan tinggi.
“Saat ini menurut Badan Pusat Stastik, kualifikasi pendidikan tinggi di Indonesia hanya sebesar 11 persen, sementara kualifikasi pendidikan Menengah Atas atau Kejuruan hanya 26,6 persen, sedangkan kualifikasi pendidikan di bawahnya sebanyak 62,2 persen dari total 114,8 juta pekerja di Indonesia,” jelasnya.
Kunci dalam menjawab permasalahan yang saat ini sedang terjadi di Indonesia agar Indonesia lebih maju terletak pada Pendidikan. Dalam penyampaian Prof. Sutrisna, Pendidikan menjadi semakin penting karena pada abad ke 21 ini banyak terjadi perubahan di dunia yang saling berkaitan, yaitu Globalisasi dan Perkembangan Sains dan Teknologi. “Di zaman millenia baru ini, penciptaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, sains dan teknologi secara kreatif serta inofatiflah yang menjadi dasar bagi terbentuknya suatu paradigma ekonomi baru, yang disebut sebagai knowledge based economy,” paparnya.
Prof. Sutrisna menambahkan, salah satu tugas dari Kementrian Riset dan Dikti yaitu memproduktifkan dan meningkatkan daya saing bangsa Indonesia, yang dapat diwujudkan melalui peningkatan mutu pendidikan (lulusannya), kualitas dan efektivitas riset, dan teknologi yang akan menjadi landasan penting bagi tercapainya peningkatan daya saing bangsa.
Berkaitan dengan hal tersebut, hal senada juga disampaikan oleh Koordinator KOPERTIS Wilayah V, Dr. Ir. Bambang Supriyadi, CES, DEA., ia menyampaikan bahwa perguruan tinggi harus mampu mencanangkan kualitas lulusan mahasiswanya. Hal yang perlu ditekankan yaitu bagaimana perguruan tinggi dapat menghasilkan lulusan mahasiswa yang dapat berguna dan bermanfaat bagi negaranya. “Perguruan tinggi jangan hanya merekrut mahasiswa, lalu memproses dan mewisuda kemudian dikembalikan kepada orang tuanya. Akan tetapi, perguruan tinggi harus mengikuti para lulusannya apakah para alumni tersebut benar-benar berguna bagi negaranya, khususnya masyarakat sekitar,” ujarnya.
Konstribusi perguruan tinggi dalam menghasilkan mahasiswa yang berkualitas, tentu akan membantu menghadapi globalisasi dan perkembangan sains dan teknologi sebagai tantangan abad saat ini. Perguruan tinggi, lanjut Bambang sangat ditekankan untuk tidak hanya meningkatkan rasio mahasiswa serta memperhitungkan jumlah rasio dosen, namun juga diharapkan perguruan tinggi dapat selalu berkonstribusi mengembangkan ide, kecerdasan bangsa, serta menghasilkan lulusan yang diperlukan di jaman sekarang. “Saat ini pemerintah lebih mencanangkan kepada perguruan tinggi bagaimana kualitas lulusannya di samping akses yang perlu ditingkatkan. Pendidikan adalah syarat mutlak untuk menjawab tantangan global saat ini,” (Hevi)