Berita

Kandidat Doktor UMY Munculkan Gagasan Ruhiologi dan SMART Model

Program Studi Doktor Psikologi Pendidikan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali menghasilkan lulusan doktor pada hari Senin (15/4). Ketetapan lulus dengan predikat cumlaude tersebut dinyatakan kepada dr. Achmad Ushuluddin, M.Kes seusai menjalani sidang terbuka disertasi di Ruang Pascasarjana lantai 4 Kampus terpadu UMY.

Dalam disertasinya yang berjudul Pendidikan Kesehatan Holistik Peran Ruhani dalam Perspektif Psikologi Islam, dr. Achmad menyampaikan tentang pendidikan dan kesehatan holistik yang merupakan alternatif baru atas gagasan pendidikan dan kesehatan reduksionistik yang memandang manusia secara parsialistik dan mekanistik. “Model pendidikan holistik mengkombinasikan kecerdasan Intellectual Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), Spiritual Quotient (SQ) dan juga multiple intellectual. Sedangkan pada model kesehatan holistik memadukan antara kesehatan secara biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Dalam hal ini, pendidikan dan kesehatan holistik sama-sama memandang pentingnya dimensi spiritual sebagai pusat diri ruhani. Dalam penelitian ini, mengintegrasikan pendidikan dan kesehatan holistik dalam perspektif psikologi Islam,” ungkapnya.

Lebih lanjut lagi dalam pemaparannya, dr. Achmad mengatakan bahwa penelitian-penelitian tentang pendidikan kesehatan yang selama ini dilakukan masih berkutat di seputar pendidikan kesehatan laboratories dan populasionis. “Beberapa penelitian diantaranya memang telah menyentuh aspek holistik, namun masih berbasis pada spirit, bukan ruhani sebagaimana dalam penelitian ini. Perbedaannya terletak pada kata “spirit” yang dipahami selama ini masih berupa material yaitu saraf otak yang tidak terkait dengan Tuhan. Sedangkan ruhani basisnya adalah non material berupa cahaya atau nur yang diyakini berasal dari Tuhan,” tambah dr Achmad.

Hal yang menarik dalam penelitiannya, dr. Achmad berhasil memperkenalkan cara pandang baru relasi sains dan agama yang beliau sebut SMART Model. “SMART Model merupakan akronim dari Sains, Manusia, Ruh dan Tuhan, yang mana adalah suatu cara pandang baru relasi sains dan agama, termasuk dalam ilmu pendidikan dan kesehatan. Keempat elemen yang disebutkan tadi digambarkan dalam bentuk kuadran yang saling terhubung. Dalam SMART model juga dapat diketahui posisi sains teknologi yang bersifat fisik material dan agama yang bersifat non fisik serta non material,” lanjutnya.

Selain itu, sumbangsih dari penelitian yang dilakukan adalah munculnya gagasan Ruhiologi sebagai pengembangan dari psikologi. “Jika psikologi menjadi basis material IQ, EQ, dan SQ maka ruhiologi menjadi basis immaterial Ruhani Quotient (RQ) sebagai gagasan kecerdasan keempat. Konsep ini terinspirasi dari Q.S Al-Isra (17) ayat 85. Ruhiologi adalah ilmu roh yang menyadarkan setiap manusia, apapun profesinya, sukunya, agamanya, dan warna kulitnya semua diberikan anugerah ruh oleh sang maha pencipta. Ruhiologi akan berimplikasi pada munculnya kesadaran intersubjektif berketuhanan, yaitu kesadaran relasi etis antar manusia yang bersifat subjek terhadap subjek. Manusia tidak lagi dibeda-bedakan karena profesinya yang membentuk relasi subjek terhadap objek, seperti halnya relasi antara dokter kepada pasiennya atau dosen kepada mahasiswanya. Dalam relasi subjek terhadap subjek posisi seperti dokter kepada pasien harus sama-sama dipandang sebagai subjek yang unik, sehingga memunculkan model kesadaran rekognitif-intersubjektif. Jika objek hanya memiliki dimensi eksterior atau tubuh, maka subjek memiliki dimensi eksterior dan interior yang disebut tubuh dan ruh, yang khas itu justru dari subjek adalah dimensi interiornya atau ruhaninya,” jelas dr. Achmad lagi.

Ditemui seusai acara, dr. Achmad menceritakan alasan mengapa memilih disertasinya tersebut. “Sebagai seorang dokter, pada masa saya studi saya sempat terfikir dari apa sebenarnya manusia ini, unsur apa yang membuat manusia itu bisa menghasilkan sains dan teknologi yang sangat berkembang. Pada saat saya melihat mayat, melihat orang tidur, dan diinfus, keduanya memiliki komponen yang sama. Tapi kemudian mana yang bisa memberikan kehidupan pada manusia. Setelah saya gali, dalam psikologi Islam banyak berbicara tentang spiritualitas. Saya menemukan sedikit celah bahwa yang lebih dalam dari spiritualitas itu adalah ruh. Hal inilah yang menjadi center bahwa manusia itu bisa berfikir, bangun dari tidurnya itu semua bisa terjadi karena adanya ruh. Maka dari itu, saya memberanikan diri dari seorang dokter untuk belajar tentang psikologi Islam,” imbuhnya.

Ujian promosi doktor kali ini juga tergolong unik karena dihadiri oleh lebih dari 100 orang akademisi yang sebagian besar adalah guru besar dari berbagai perguruan tinggi dalam dan luar negeri. Menurut Prof. Siswanto Masruri selaku Promotor, tingginya animo pada akademisi untuk turut hadir dalam ujian ini karena promovendus berhasil mengenalkan paradigma baru relasi sains dan agama. Selain itu juga mengenalkan pemahaman baru tentang manusia yang bersifat universal sekaligus substansial.

Selanjutnya dr. Achmad berharap agar penelitiannya tersebut bisa terus dikembangkan dan bisa mengubah paradigma masyarakat dari partikularistik menjadi lebih holistik. Dr. Achmad berhasil menjadi lulusan Pascasarjana UMY tercepat dengan masa studi kurang dari 3 tahun dalam usia relatif muda, yakni 33 tahun. Dr. dr. Achmad Ushuluddin, M.Kes juga berhasil dinyatakan lulus sebagai doktor ke 69 Program Doktor Psikologi Pendidikan Islam UMY, dengan Tim penguji dan promotor pada sidang ini terdiri dari Prof. Dr. H. Siswanto Masruri, M. A., Prof. Dr. der Soz. Gumilar Rusliwa Somantri; Dr. Abd. Madjid, M.Ag., sebagai Promotor dan tiga anggota penguji, yaitu Prof. Dr. Noor Rochman Hadjam, SU., Prof. Dr. dr. Teguh Aryandono, SpB(K)Onk., dan Prof. Dr. H.M. Amin Abdullah. Sidang dipimpin langsung oleh Rektor UMY, Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, MP dengan sekretaris sidang Sri Atmaja P. Rosyidi, S.T., Msc.Eng., Ph.D., PE. (CDL)