Karakter dan komitmen merupakan bagian tak terpisahkan yang sangat dibutuhkan oleh semua orang, bahkan lembaga atau pun institusi pendidikan. Dalam suatu lembaga pendidikan, baik itu pimpinan tingkat atas, menengah maupun bawahannya juga membutuhkan karakter dan komitmen. Jika orang-orang dalam lembaga itu tidak memiliki karakter dan komitmen yang kuat, maka lembaga itu pun akan goyah.
Demikian disampaikan Prof. Dr. A. Malik Fajar saat menjadi narasumber dalam acara Pembekalan Bagi Pejabat Struktural UMY, yang bertemakan “Membangun Karakter, Komitmen, Profesionalisme, dan Penguatan Jejaring Pejabat Struktural”. Acara ini diselenggarakan di ruang sidang AR. Fakhruddin B lantai 5 kampus terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Jum’at (25/10), dan dihadiri oleh seluruh jajaran pejabat struktural universitas dan fakultas.
Menurutnya jika berbicara mengenai karakter dan komitmen seseorang atau pejabat/pimpinan, langsung maupun tidak langsung juga akan membicarakan seputar kondisi atau sifat-sifat kejiwaan dan keterkaitannya dengan berbagai kegiatan yang disertai kepedulian dan rasa memiliki. Karakter dan komitmen pun butuh ditanamkan pada semua anggota, termasuk satpam. “Karakter dan komitmen itu bukan hanya rektor atau pemimpinnya saja yang menjalankan, tapi seluruh jajarannya bahkan hingga ke akar-akarnya. Seperti satpam itu juga penting untuk ditanamkan karakter dan komitmen yang kokoh, agar bisa berjalan berkesinambungan, dan punya rasa saling peduli dan memiliki pada lembaganya,” papar mantan Menteri Pendidikan Nasional Kabinet Gotong Royong periode 2001—2004.
Ia juga mengatakan bahwa komitmen itu keterkaitannya dengan bangunan secara kelembagaan, atau dalam hal ini secara akademik. Selain itu, komitmen yang lahir dari hati juga bisa melahirkan gairah dan harga diri, yang tidak bisa diganti dengan uang. “Karena itu, gairah dan harga diri ini harus dijaga. Kalau kita bisa menjaga gairah dan harga diri yang sudah kita miliki, maka bisa dikatakan kalau kita sudah punya karakter dan komitmen yang kuat. Kemudian, dari hal itu juga akan melahirkan keyakinan, kekokohan, kekuatan, dan amal shaleh yang sesuai dengan hati nurani,” ujar Malik yang juga pernah menjabat sebagai rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Malik juga mencontohkan bahwa prestasi yang sudah diraih oleh UMY sebagai salah satu universitas yang terakreditasi A, itu juga merupakan hasil karakter dan komitmen yang dibangun bersama. Menurutnya pula, karakter dan komitmen yang diangkatnya pada pemaparannya kali itu adalah untuk kelangsungan pertumbuhan, perubahan, pembaruan, dan kontinuitas pembangunan karakter dan komitmen yang lebih baik. “Membangun karakter dan komitmen itu, bukan hanya dalam bentuk rumusan-rumusan. Tapi bagaimana menanamkannya pada para pelakunya. Lalu, dalam kaitannya dengan membangunnya di lingkungan jajaran pimpinan akademisi, itu juga butuh faktor-faktor lain yang memperkuatnya, misalkan membangunnya dengan semangat AlK (Al-Islam dan Kemuhammadiyahan), untuk UMY sendiri,” jelasnya.
Namun menurut Malik lagi, karakter dan komitmen itu bisa menguat ataupun melemah. Tergantung pada faktor-faktor moril dan materil yang mendukungnya. Karena itu, pikiran positif juga sangat dibutuhkan dalam membangun karakter dan komitmen tersebut, agar perwujudan, produk, dan karya-karya yang dihasilkan juga bisa bermanfaat bagi banyak orang. “Kita harus menjaga perasaan dan pikiran juga, termasuk perkataan yang keluar dari lisan kita. Tujuannya tidak lain agar produk yang dilahirkan itu profesional, dan produk itu bukan hanya dalam konteks industri bisnis saja, tapi juga pada konteks pendidikan dan kebudayaan. Dan hal terpenting pula, komitmen yang lahir dari hati itu tidak boleh ada rasa terpaksa, atau rasa terancam dan takut,” ungkapnya. (Dhuhuriyah)