Sebagai salah satu organisasi masyarakat yang berafiliasi dengan agama, Muhammadiyah merupakan salah satu pengusung paham Islam moderat yang berkemajuan. Paham tersebut merupakan hal yang sejalan dengan karakter masyarakat negeri yang memang moderat, sejak masih berupa Nusantara hingga menjadi Indonesia saat ini. Ini terbukti dengan sejarah dimana masyarakat Indonesia kala itu mampu menerima ajaran-ajaran yang masuk dan mengasimilasikan nilai-nilainya pada kehidupan sehari-harinya. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Dr. H. Haedar Nashir, M.Si., dalam kegiatan Malam Refleksi Milad Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ke 37 di Masjid KH Ahmad Dahlan pada hari Rabu (28/2) malam.
Haedar menyebutkan karakter masyarakat dan Islam yang moderat tersebut merupakan hal yang tepat untuk Indonesia. “Tertulis dalam Al -Quran pada surat Al-Baqarah ayat ke 143 dimana Allah subhanahu wa ta’ala berfirman ‘Dan demikian (pula) Kami menjadikan kamu ummatan wasathan agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia’. Kita diperintahkan untuk menjadi umat yang adil, moderat dan proporsional dalam bertindak. Banyak dari kita yang berhenti hanya sampai pada tahapan ini, padahal itu harus diikuti dengan keharusan kita menjadi saksi atas apa yang sudah dilakukan oleh kita dan saudara-saudara kita yang lain. Ini yang Muhammadiyah selalu coba ingat dan lakukan dalam setiap tindakannya,” ungkap Haedar.
Haedar menyampaikan bahwa sebagai salah satu amal usaha Muhammadiyah yang mengusung paham Islam moderat, UMY sudah berhasil mencapai banyak kemajuan dalam umurnya yang tergolong muda untuk sebuah perguruan tinggi. “Kenapa Muhammadiyah selalu memberitakan dan menyebarkan nilai-nilai Islam? Tidak lain adalah karena kita ingin menyampaikan bahwa nilai Islam adalah rahmat yang universal. Ini bukan retorika semata tapi merupakan bukti konkret dalam bentuk amaliah yang nyata. UMY adalah salah satu buktinya, dengan pemikiran dan sumber daya manusia yang maju, tetapi amaliah kita juga tetap mencerminkan nilai-nilai Islam. Ini merupakan bukti bahwa Islam mampu membangun sebuah peradaban untuk menjadi maju dan kita harus menjaga ini tetap menjadi bagian dari sifat kita,” paparnya.
“Tidak ada manifestasi Islam kecuali dalam amal, dan melalui amal ini kita menjadi organisasi yang dikenal tidak hanya di Indonesia tapi juga di kancah internasional. Ini yang dilakukan oleh KH Ahmad Dahlan dalam masa awal perjuangannya, ketika agama lain membuka sekolah maka Dahlan membuka sekolah, ketika mereka membuat rumah sakit Dahlan juga melakukannya. Berlomba dalam kebaikan, ini yang seharusnya kita contoh dari KH Ahmad Dahlan. Kita tidak memerangi mereka yang zindiq dengan kekerasan namun dengan amalan baik yang mampu kita lakukan,” jelas Haedar.
Haedar menyebutkan bahwa kehadiran UMY selain mampu mengangkat taraf kehidupan bagi masyarakat sekitarnya, harus pula mengangkat tingkat kerohanian warga sekitarnya. “Amal usaha UMY ini terbukti dapat mendorong roda perekonomian dari masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Selain manfaat materi harusnya UMY juga memberikan manfaat rohani dengan mengajak mereka untuk bersyukur dengan rahmat tersebut. Karena dengan bersyukur kita dapat menemukan berbagai hal yang dapat kita lakukan untuk semakin memajukan Islam dan diri kita pribadi,” ujarnya. (raditia)