Cedera dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Namun, masih banyak masyarakat yang kurang paham dan mengerti mengenai keterampilan dalam penanganan pertama pada luka atau Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K). Padahal, P3K dapat mengatasi dan meminimalisir beberapa jenis cedera yang sering terjadi di masyarakat.
Berangkat dari kepedulian tersebut, FISIPOL Society Empeworment (FISMO) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menyelenggarakan penyuluhan bertajuk “Peran P3K di Sekolah Dasar” pada Sabtu (12/11) di Sekolah Dasar Negeri Panggang Bantul Yogykarta. Kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat dari FISIPOL UMY, yang bertujuan untuk menambah pemahaman siswa akan pentingnya P3K. Penyuluhan tersebut diikuti kurang lebih 100 siswa mulai dari kelas satu sampai kelas enam.
Febry Dwy Saputro selaku narasumber dari tim kesehatan Nurssing Care Club Emergency (NCC) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menyampaikan bahwa prinsip pertolongan ada tiga macam. Pertama, siap diri di dukung dengan ada kemauan, ada ilmu dan memiliki ketenangan. Kedua, Safety yang meliputi lingkungan, penolong dan korban. Ketiga adanya respon yang meliputi cek kesadaran dan keadaan korban. “Beberapa kejadian yang sering terjadi di sekolah adalah pingsan, sesak nafas, mimisan dan cidera luka. Hal ini bisa kita temukan jika anak-anak kurang berhati-hati dalam beraktifitas. Kejadian yang sering terjadi pada anak-anak yaitu pingsan, hal ini disebabkan kekurangan oksigen, berkurangnya sel darah merah (anemia), berkurangnya kadar gula darah (hipoglikemi) dan henti jantung. Untuk menangani kejadian seperti ini kita bisa mengamankan korban, cek respon verbal, longgarkan pakaian, kak elevasi (posisi badan harus diluruskan), serta dites indra penciumannya dengan bau-bauan,” ujar Febry.
Selanjutnya yaitu sesak nafas, hal ini disebabkan faktor obesitas, berolahraga terlalu berat, berada di daerah dengan ketinggian tertentu, alergi, asma, anemia dan penyakit paru-paru. “Untuk kondisi seperti ini bisa dilakukan dengan penanganan mengamankan korban, nafas dalam dengan hitungan 3:4, posisi semi fowler, serta berikan oksigen portable jika ada. Selanjutnya mimisan, kejadian seperti ini disebabkan beberapa faktor seperti adanya pukulan yang mengenai hidung, iritasi pada membran mukosa hidung yang berusaha mengeluarkan sesuatu secara berulang dari rongga hidung, adanya infeksi, udara ekstrem dan panas dalam. Untuk penanganan jika terjadi mimisan yaitu bisa melakukan kompres es pada bagian jidat dan cuping hidung dipencet agar meminimalisir darah mengalir secara terus menurus. Semua yang saya jelaskan ini harus kita pahami bersama, agar anak-anak bisa mengerti faktor dan penyebab terjadinya kecelekaan,” papar Febry.
Kembali ditambahkan Febry, hal yang paling penting dilakukan adalah penanganan luka. Ada beberapa jenis luka yang biasa terjadi dalam kecelekaan, yaitu, luka lecet (vulmus excorias), luka parut (laserasi), terpotong atau teiris dan luka gigitan. “Dalam proses penanganan luka ada tahapan yang bisa kita lakukan seperti membesihkan luka, kemudian dikeringkan dan tutup bagian luka jika perlu. Penanganan seperti inilah yang bisa mengatasi dan meminimalisir kecelekaan lebih paarah. Maka untuk penanganan seperti ini bisa kita lakukan pada semua kalangan, karena penangangan luka bisa dilakukan oleh siapapun tak terkecuali siswa sekolah dasar. Untuk itu saya mengharapakan pendidikan dasar P3K pada siswa terus digencarkan dan programnya bisa terus berkelanjutan,” tutupnya. (Sumali)