Berita

Kebiasaan Gunakan Pestisida Dapat Merusak Lingkungan

IMG_7981

Indonesia sering disebut dengan negara agraris, tentunya hal ini didukung dengan struktur tanah Indonesia yang terhitung subur oleh berbagai macam tanaman. Bahkan, sampai saat ini masih banyak masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai petani, namun sayangnya perkembangan teknologi yang semakin maju saat ini belum menyebar luas pada metode pertanian di Indonesia, sehingga masih banyak petani Indonesia yang menggunakan metode tradisional dalam bertani.

Jika berbicara tentang masalah pertanian tentunya, kita sudah tak asing lagi dengan permasalahan hama yang terus menerus menurunkan produktifitas tanaman bagi petani di Indonesia. “Biasanya untuk menghindari hama masyarakat terbiasa menggunakan pestisida, kebiasaan ini harus dikurangi sebab kebiasaan ini justru dapat memperparah produktifitas tanaman berikutnya, “ terang Dr Tom Pope, Bsc (Hons), Msc, selaku dosen dari Harper Adams University Shropshire, United Kingdom, saat menyampaikan kuliah umum “Effective Crop Protection in A World With Fewer Pesticides” pada hari Rabu (5/8) di Gedung Pasca Sarjana Lt.4 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Dr. Tom melanjutkan bahwa, hama bisa terjadi karena hama yang datang dari daerah lain, namun tidak semua hama memproduksi dengan cepat. Meskipun hama tidak dapat memproduksi dengan cepat namun hama dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Untuk menghindari hal tersebut biasanya masyarakat menggunakan pestisida. “Padahal penggunaan pestisida ini dapat mengganggu kontrol secara alamiah dan kerusakan mungkin bisa menjadi tidak proposional, artinya justru pestisida bukan menghambat hama, justru menambah populasi hama. Selain berpengaruh dengan populasi hama, tentunya dapat juga menurunkan kualitas tanaman, di mana dapat mengurangi kualitas gizi dalam tanaman tersebut, “ lanjutnya.

Sebelum adanya sintesis insektisida modern para petani sering melakukan kontrol antara lain, irigrasi, kontrol biologi, kontrol fisik, dan kontrol budaya. “ Sejak insektisida organic berkembang pada tahun 1993, namun pada tahun 1947 kasus-kasus resistensi mulai berkembang. Sejak saat itulah senjata antara hama dan pestisida berkembang terus. Hal yang paling lemah kita pikirkan adalah bahwa dalam melakukan agrikultur kita hanya memikirkan peningkatan produktifitas jumlah tanaman yang di tanam. Tapi kita sering lupa untuk memikirkan lingkungan sekitar,“ imbuh Dr. Tom lagi.

Dr. Tom juga memberikan contoh dengan komunitas kentang yang berada di dataran tinggi Dieng, Wonosobo, di mana produksitifitas kentang sudah mulai menurun setiap tahunnya. “Hal ini terjadi karena struktur tanah yang sudah mulai rusak, hal ini disebabkan dengan kebiasaan masyarakat dieng yang menggunakan pupuk kima yang berlebih. Akibatnya dapat menurunkan kualitas tanah yang semula subur menjadi menghambat pertumbuhan tanaman. Untuk itu sebaiknya masyarakat dieng mulai memperbaikki strukur kondisi tanah yang ada misalnya dengan penanaman yang alami dan irigrasi, “ terangnya.

Untuk itu, Dr. Tom menjelaskan bahwa para petani perlu diberi edukasi seperti yang orang dahulu lakukan yaitu dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada para petani. Dalam hal ini peran pemerintah sangat penting, jika tidak ada dorongan dari pemerintah maka metode pertanian masih dilakukan secara tradisional, artinya petani tidak akan merubah kebiasaan. “Memang membutuhkan waktu lama untuk bisa merubah kebiasaan atau maindset para petani. Hal yang perlu dijelaskan kepada mereka adalah bahwa menanam bukan hanya memikirkan hasil tetapi memikirkan bagaimana dalama menanam kita tidak merusak lingkungan, “ paparnya.

Dalam menyadarkan petani, bukan hal yang mudah, salah satunya tentang penyadaran masyarakat tentang penggunaak teknologi dalam bertani. Menurut Dr. Tom, penggunaan teknologi ini bisa sangat membantu dalam mengubah metode pertanian yang digunakan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. “Metode yang diberikan tentunya harus cepat, tepat, dan mudah. Sedangkan untuk para petani lansia, kita jangan paksakan mereka untuk bisa mengikuti menggunakan teknologi, justru hal ini malah memperlambat mereka karena tidak dapat mengikutinya, “ jelasnya.

Dr. Tom juga menyarankan agar para mahasiswa di Indonesia lebih tertarik denga dunia pertanian. Indonesia sendiri merupakan negara agraris serta mempunyai tanah yang subur, tentu sangat berbeda dengan kondisi yang ada di UK yang jauh berbeda dengan Indonesia. “Untuk itu para mahasiswa Indonesia harus bisa lebih mengembangkan metode penelitian yang baru. Misalnya, merubaa dari segi kultur dalam teknik penanaman, “ tutupnya.