Keberadaan AI (artificial intelligence; kecerdasan buatan) kini sudah sangat lekat dengan kehidupan dan aktivitas keseharian manusia, baik disadari atau tidak. Penggunaan AI dapat ditemui di berbagai peralatan, mulai dari gawai genggam, komputer, mobil, hingga perlengkapan rumah pada umumnya. Pada gawai smartphone misalnya, AI terpasang di setiap aplikasi yang kita gunakan seperti bagaimana sosial media memberikan saran untuk berbagai hiburan atau tayangan yang mungkin disukai. Namun dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat AI juga dituntut untuk terus diperbarui, salah satunya menuju bentuk SI (Swarm intelligence; kecerdasan kolektif). Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Dr. Ku Ruhana Ku Mahamud, Head of Data Science Lab dari School of Computing Universiti Utara Malaysia , dalam kuliah umum untuk mahasiswa program studi Teknik Informatika Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada hari Rabu (5/12) lalu di ruang Stadium General Fakultas Teknik.
Ruhana menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan AI merupakan sebuah cara untuk membuat komputer berpikir. “Dahulu pengerjaan yang kita lakukan dengan berbagai barang kebanyakan bersifat otomatis. Namun hari ini kita tidak hanya sekadar memiliki barang, tapi barang yang mampu berpikir dengan bantuan AI. Secara mudahnya yang dimaksud dengan AI adalah mesin dengan kemampuan berpikir yang dimaksudkan untuk memudahkan berbagai aktivitas keseharian manusia. AI berbeda dengan mesin yang bersifat otomatis, ciri utama dari AI adalah kemampuannya untuk multi tasking dan menentukan tindakan sesuai keperluan. Misalnya untuk gawai smartphone adalah asisten pribadi seperti Siri atau Google Assistant, kemudian juga Tesla sebagai produsen mobil pintar juga menerapkan AI dalam produknya yang mampu mengemudi sendiri dan memiliki kemampuan untuk melakukan prediksi contohnya kapan harus berbelok atau berhenti,” ujarnya.
Ruhana menyampaikan bahwa kini AI juga mengalami inovasi dan bergerak menuju SI untuk meningkatkan kemampuan mesin dalam memecahkan dan mengatasi masalah. “SI didefinisikan sebagai sebuah kecerdasan kolektif yang muncul dari agen sederhana misalnya adalah perilaku hewan yang berkoloni atau berkelompok seperti burung atau semut sebagai contoh SI yang alami. Kemudian tren saat ini adalah pengembangan kemampuan AI untuk menciptakan sebuah SI artfisial yang yang diterapkan ke sekelompok unit mesin. Tujuannya adalah optimalisasi performa dengan sistem yang mampu berinteraksi dengan setiap unit dalam kelompok tersebut dan mendistribusikan tugas pada setiap unit,” jelasnya.
SI dapat menjadi sebuah solusi untuk membuat mesin dapat bertindak melalui pertimbangan terbaik sesuai dengan sistem yang ditanamkan. “Misalnya penanaman sistem SI pada sekelompok drone dalam menangani situasi bencana. Dengan SI setiap unit drone dalam kelompok tersebut dapat bergerak sebagai sebuah kesatuan dan mengambil tindakan sesuai dengan kebutuhan lapangan. Drone dapat bermanuver untuk menghindari rintangan, ataupun menyesuaikan ketinggian terbang saat angin kencang. SI juga dapat diterapkan dalam pelaksanaan data mining dengan lebih optimal dan luas,” papar Ruhana.
Ruhana mendorong mahasiswa TI UMY untuk mendalami pengembangan SI, karena selain tren menunjukkan minat industri terhadap sistem tersebut sangat tinggi juga karena SI dapat membuat aktivitas komputer lebih optimal. (raditia)