Di dalam kitab suci Alquran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, mengandung banyak isi dan nilai-nilai tentang kehidupan. Seperti salah satunya kejujuran yang terdapat dalam surat At Taubah ayat 119. Hal itu disebutkan oleh Dr. Sukamta, S.T., M.T dalam ceramahnya di kultum Shalat Tarawih di Masjid KH. Ahmad Dahlan Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Kamis (16/5).
Menurutnya kejujuran merupakan suatu nilai yang bermakna besar karena saat ini banyak orang yang mengabaikan hal tersebut. Terlebih kepada mereka yang memiliki jabatan atau sebagai pemimpin/khalifah. Sikap jujur menjadi sifat yang wajib dimiliki oleh seorang pemimpin, namun seperti hilang saat ini. “Kita bisa mencontoh seorang pemimpin kita yakni Nabi Muhammad SAW. Dulu beliau sudah ditanamkan sifat jujur, sifat itu menjadi sumber dari sikap amanah atau dapat dipercaya. Sikap-sikap mulia itu terkandung dalam QS. An Nisa ayat 58-59, yang menjelaskan tentang sifat jujur, amanah dan keadilan, serta anjuran mentaati pemimpin. Maka dari itu sifat kejujuran merupakan suatu nilai yang sangat bermakna,” papar Wakil Rektor UMY Bidang Akademik ini dalam kultumnya.
Orang yang jujur akan sangat mudah dipercaya, dan sosok yang harus kita teladani sekali lagi ialah Nabi Muhammad SAW. Beliau sudah ditempa dan diuji kejujurannya sejak masih kecil. Kita ingat kisahnya ketika beliau disuruh untuk menggembalakan beribu ekor kambing, dan ketika berdagang di pasar. Karena tempat-tempat yang memiliki kepentingan besar seperti itu mudah dihasut oleh syaitan untuk melalaikan nilai kejujuran.
“Nabi diuji kejujurannya di pasar bukan lagi di Masjid. Karena apa, orang di Masjid bisa mudah melakukan kebaikan, tapi ketika sudah di pasar segala macam cara untuk meraup keuntungan banyak ditempuh. Mulai dari mengurangi timbangan, harga jual yang tidak sewajarnya, dan masih banyak lagi. Konteksnya adalah ketika kita sedang melakukan pekerjaan, Allah sangat luar biasa dalam menguji kejujuran dan iman seseorang di dalam kondisi seperti itu,” imbuh Sukamta yang juga merupakan dosen Prodi Teknik Mesin UMY, di depan para jamaah shalat Tarawih.
Maka dari itu fenomena korupsi sudah bukan lagi menjadi barang baru yang kita temui sekarang ini. Orang akan mudah tergiur andaikan diiming-imingi oleh sejumlah uang yang belum pernah mereka dapatkan sebelumnya, yang ditujukan untuk mengabaikan norma dan nilai agama. “Sekarang fenomenanya adalah orang berkompetensi/berilmu tapi kejujurannya nol. Bahkan hampir semua lapisan masyarakat mengabaikan nilai kejujuran itu sendiri. Solusi yang tepat untuk menghindarkan kita pada sifat seperti itu adalah dengan menjadikan Alquran sebagai pedoman hidup. Terapkan kejujuran dimanapun berada, tanamkan sikap bahwa setiap apapun yang kita lakukan selalu diawasi oleh Allah SWT,” tutupnya. (Hbb)