Berita

Kemajuan Teknologi Tidak Boleh Geser Kemanusiaan

Kemajuan teknologi kini sudah memungkinkan penerapan Kecerdasan Buatan (artificial intelegence/AI) untuk digunakan dalam berbagai kegiatan sehari-hari, termasuk bahkan dalam aktivitas pendidikan di perguruan tinggi. Inovasi tersebut tentu akan semakin memudahkan tugas dosen dalam kelas, karena dengan AI yang memiliki kemampuan untuk mengelola kelas maka dosen akan memiliki waktu lebih untuk melakukan tugas lainnya seperti penelitian dan pengabdian. Hal tersebut sekilas menjadi terobosan yang bermanfaat bagi dosen, namun bagi negara dengan komunitas yang masih memegang teguh nilai sosial luhur hal ini akan menjadi isu tersendiri. Hal tersebut disampaikan oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr. Ir Gunawan Budiyanto, M.P. pada wawancara yang dilakukan oleh tim Biro Humas dan Protokol UMY pada hari Senin (27/5).

Gunawan menyebutkan isu tersebut dibahas dalam Konferensi tahun 2019 yang dilaksanakan oleh Association Universities of Asia Pacific mengenai AI. “Konferensi ini dilaksanakan pada tanggal 23-25 Mei lalu dan menjadi pertemuan ilmiah untuk 48 universitas di wilayah Asia dan Pasifik. Pertemuan kali ini mengangkat tema mengenai kesiapan perguruan tinggi dalam menggunakan atau memanfaatkan kecerdasan buatan dalam proses belajar mengajar. UMY sebagai Board Member dari asosiasi ini diberi kepercayaan untuk mengomandoi salah satu pemateri dari Hongkong yang membahas proses penggunaan instalasi robotik dalam pembelajaran STEM (science, technology, engineering & mathematic),” ujarnya.

Berkat revolusi industri, kini ada banyak negara yang sudah menggunakan mekanisme kecerdasan buatan dalam proses pembelajaran. “Terutama dalam engineering dan kesehatan. AI ini akan sangat membantu dalam memperlancar dan memperjelas proses pratikum, perumusan tugas akhir, juga perencanaan lain. Sehingga suatu saat dosen dapat membagi waktunya separuh untuk penelitian mandiri dan separuh untuk mengajar, dan tidak perlu lagi dosen masuk setiap minggu karena AI bisa menjadi asisten dosen yang dapat mengambil alih tugas dalam kegiatan mengajar dalam kelas,” ungkap Gunawan.

Gunawan menyebutkan bagi UMY ini bisa menjadi inspirasi dalam bagaimana menggunakan AI dalam proses pembelajaran, namun bukan untuk menggantikan tugas dosen dalam kelas secara keseluruhan. “Karena kita memahami bahwa proses pembelajaran tidak hanya sekedar transfer of knowledge tapi juga transfer of value dan pembangunan karakter sehingga tidak mungkin untuk menyerahkan seluruh proses belajar mengajar kepada asisten robot. Ini yang juga dirasakan oleh negara dengan komunitas nilai sosial yang masih kuat seperti Brunei Darusalam, Malaysia, Filipina dan Vietnam,” paparnya.

“Diskusi yang kita miliki akhirnya mengarah pada bagaimana membuat teknologi ini lebih manusiawi dan tidak menggantikan, menggeser, atau memarjinalkan nilai kemanusiaan. Karena bagi UMY kemajuan teknologi harus menjadi perantara dalam membangun karakter dan mewariskan nilai yang luhur,” tutupnya. (raditia)