Indonesia masih dihadapkan pada berbagai tantangan dalam sektor pertanian yang berdampak langsung pada kesejahteraan petani dan ketahanan pangan nasional. Menurut para pengamat dan dosen pertanian, kemiskinan yang meluas di kalangan petani merupakan salah satu isu yang paling mendesak.
Ketahanan pangan di Indonesia semakin menjadi sorotan utama dalam menghadapi tantangan ekonomi global. Prof. Dr. Ir. Masyhuri, Guru Besar Bidang Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Universitas Gajah Mada (UGM), mengungkapkan sejumlah persoalan mendalam harus diatasi untuk memastikan ketahanan pangan yang berkelanjutan di Indonesia. Kemiskinan menjadi persoalan dan tantangan terbesar yang dihadapi oleh sektor pertanian dan menjadi tantangan besar bagi para akademisi.
“Banyak petani dan nelayan yang hidup dalam garis kemiskinan meskipun mereka bekerja keras di lahan dan laut. Ini adalah tantangan besar bagi kami sebagai akademisi dan pengamat pertanian,” ujarnya, saat menyampaikan materi pada Diskusi Tematik Dewan Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sabtu (14/12) melalui Zoom Meeting dengan topik “Membangun Ketahanan Pangan Nasional Masalah Tantangan dan Kebijakannya”
Ketahanan pangan yang menjadi kesejahteraan nasional menurut Prof. Masyhuri adalah kondisi dimana negara dapat memenuhi kebutuhan pangan yang cukup dan berkualitas untuk seluruh warganya. “Ketahanan pangan tidak hanya berbicara tentang jumlah pangan yang tersedia, tetapi juga kualitasnya. Negara yang kuat dalam ketahanan pangan adalah negara yang bisa menjamin pemenuhan pangan bagi setiap warganya,” tambahnya.
Sementara itu, Rektor UMY Prof. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P., IPM., ASEAN Eng. yang juga menyampaikan materi pada Diskusi Tematik tersebut menyampaikan pada intinya ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan, tanpa melihat dari mana sumber ketersediaan pangan itu dan bagaimana cara mendapatkannya bagi negara.
“Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perorangan, tanpa melihat dari mana saja sumber perolehan ketersediaan pangan dan cara mendapatkannya,” ungkap Gunawan.
Gunawan juga menjelaskan kondisi kemampuan pertanian Indonesia yang lebih relatif menurun dan pasar pangan yang besar menjadi incaran produsen luar negeri, yang tidak menginginkan Indonesia memiliki kemandirian di bidang pangan.
“Saat ini kondisi kemampuan pertanian di Indonesia dalam memenuhi kebutuhan pangan kita sendiri, relatif telah dan sedang menurun dengan sangat bear. Ditambah pasar pangan modern yang kita miliki diincar oleh produsen pangan luar negeri yang tidak menginginkan Indonesia memiliki kemandirian di bidang pangan,” tutur Gunawan.
Melihat kondisi pertanian tersebut, dalam penyampaian materinya, Gunawan kemudian memaparkan kendala dan tantangan yang menjadi permasalahan serius seperti kualitas lahan menurun, kurangnya sarana dan harus segera disiapkan strateginya oleh pihak yang berwenang dan akademisi, seperti para dosen dan guru besar.
“Maka dari itu saat ini kendala dan tantangan yang Indonesia hadapi adalah konversi lahan meningkat tetapi kualitas lahan menurun, sarana prasarana yang kurang, penguasaan pasar internasional oleh sekelompok korporasi dan diversifikasi konsumsi pangan lambat. Hal ini yang menjadi tanggung jawab pemerintah dan para akademisi dalam menyusun strategi untuk kesejahteraan petani,” tutup Gunawan. (Ndrex)