Berita

Kemiskinan DIY Meningkat Selama Pandemi, Insinyur Yogyakarta Gotong Royong Dampingi Sektor Wisata

Adanya pandemi Covid-19 turut memengaruhi tingkat kemiskinan di Yogyakarta yang semakin meningkat. Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan ekonomi yang rendah dan adanya kontraksi yang turun secara tajam pada sektor wisata. Melihat permasalahan tersebut Persatuan Insinyur Indonesia (PII) wilayah Yogyakarta berinisiatif melakukan gotong royong untuk membantu menggerakkan inovasi industri wisata yang dibahas dalam acara ‘Jagongan Jogja Seri 1’. Acara tersebut diadakan pada hari Sabtu (4/12) di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Kemirisan tingkat ekonomi yang rendah dipaparkan oleh Kepala Bappeda Kulonprogo, Triyono,S.IP.,M.Si., yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi DIY di masa pandemi mengalami penurunan drastis yaitu -2,69%. ”Pertumbuhan ekonomi di Kulon Progo pada tahun 2020 sebesar -4,06% jauh lebih rendah dibanding realisasi tahun 2019 sebesar 13,49%. Perkembangan ini sejalan dengan perekonomian nasional yang juga terkontraksi sebesar 2,07% pada tahun 2020 dan pertumbuhan ekonomi DIY sebesar -2,69%,” jelasnya.

Triyono juga menyampaikan bahwa pandemi Covid-19 berdampak luar biasa yang memengaruhi aktivitas ekonomi masyarakat Kulonprogo, hingga tergolong status jatuh miskin. ”Kelemahan perekonomian ini kemudian kami coba untuk mencari peluang dari pengembangan dan pembangunan Bandara Yogyakarta International Airport untuk meningkatkan perekonomian masyarakat salah satunya melalui sektor wisata. Namun, kendala dalam pengembangan ekonomi baru di Kulonprogo selain terhalang oleh dampak pandemi juga terkait kebijakan tata ruang,” tambahnya.

Menanggapi isu-isu tersebut yang ada di Yogyakarta Ketua PII DIY, Ir. Tribudi Utama, MT menyatakan bahwa acara seperti ini menjadi penting untuk dilaksanakan, melihat sektor yang paling terpukul di masa pandemi Covid-19 adalah sektor wisata, dengan segala turunanya yaitu sektor akomodasi, makanan, dan perjalanan. ”Komitmen Insinyur DIY untuk memberikan pengaruh positif di lingkungan DIY, sehingga perlu adanya kontribusi yang nyata bagi lingkungan DIY. Sehingga setelah acara ini harus mengatur langkah konkrit bagaimana mengembangkan destinasi wisata khususnya di daerah Gunung Kidul dan Kulonprogo pada pasca pandemi. Langkah konkrit ini dilakukan melalui pendampingan PII DIY kepada destinasi-destinasi wisata pilihan di Yogyakarta,” paparnya.

Tribudi menyampaikan bahwa alasan sektor wisata dijadikan target untuk diberikan sumbangsih oleh PII selain faktor dampak pandemi juga hal tersebut selaras dengan visi pembangunan DIY pada tahun 2025. ”Sektor wisata menjadi andalan DIY yang menghadirkan banyak sekali potensi wisata. Sehingga dengan permasalahan tersebut profesi insinyur hadir sebagai pemecah masalah dan dapat memberikan solusi dalam berbagai bidang. Seperti misalnya pada bidang teknik industri yang dituntut tidak hanya memahami sisi teknikal tetapi juga sisi manajemen dari suatu industri, termasuk diantaranya adalah industri pariwisata,” tutupnya. (Sofia)