Berita

Kenali Retinoblastoma, Kanker Mata Terbanyak pada Anak

Kenali Retinoblastoma, Kanker Mata Terbanyak pada Anak

Penulis : Ahmad Ikliluddin

Staf pengajar di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dokter Mata di RS PKU Muhammadiyah Gamping dan RS AMC Muhammadiyah Yogyakarta

 

Retinoblastoma merupakan kanker ganas intraocular (berlokasi di dalam bola mata) terbanyak pada anak-anak. Secara epidemiologi, insidensi retinoblastoma di seluruh dunia terjadi pada 1 dari 16 ribu hingga 18 ribu kelahiran hidup, dengan 8 ribu kasus baru tiap tahunnya. Di Indonesia, menurut data tahun 2013, terdapat sejumlah 277 anak dengan retinoblastoma. Kasus retinoblastoma ini terjadi paling banyak pada anak-anak dengan usia di bawah 5 tahun.

Retinoblastoma merupakan keganasan yang muncul akibat mutasi dari gen RB1, yaitu suatu gen yang berperan sebagai pengendali pertumbuhan sel (tumor suppressor gene), yang ada dalam kromosom manusia. Akibat dari mutasi ini, terjadi pembelahan sel terus-menerus dari sel progenitor fotoreseptor retina, sehingga terbentuklah jaringan kanker yang tidak terkendali pertumbuhannya di retina, menjadi retinoblastoma. Mutasi dari gen RB1 ini bisa terjadi secara herediter (diturunkan dari orangtua ke anaknya), maupun non-herediter (terjadi secara sporadik dalam proses pertumbuhan jaringan). Sel retina yang tumbuh sebagai retinoblastoma ini bila tidak segera mendapat penanganan yang tepat, akan tumbuh makin besar dan dapat menyebar (metastasis) ke otak dan sumsum tulang sehingga menyebabkan angka mortalitas/kematian yang tinggi.

Orangtua perlu mewaspadai kejadian retinoblastoma ini pada anaknya. Gejala awal yang dapat menjadi kewaspadaan adalah munculnya kilauan cahaya dari dalam mata anak, yang disebut dengan leukocoria, sehingga memunculkan gambaran seperti mata kucing yang berkilau saat terkena sorot cahaya. Bila mendapatkan gejala ini muncul pada anak, sebaiknya segera periksakan anak ke dokter mata terdekat untuk dapat mendeteksi sedini mungkin bila terjadi retinoblastoma.

Terdapat beberapa pilihan penanganan retinoblastoma di masa sekarang. Untuk kanker-kanker yang terdeteksi sejak awal, masih berukuran kecil, dan pertumbuhannya masih terbatas di area retina, dapat digunakan pilihan terapi dengan penyinaran laser untuk mematikan kanker dan jaringan penyokongnya. Dapat juga digunakan kemoterapi intra-arteri yang menargetkan sel kanker retinoblastoma secara lokal di retina, sehingga efek kemoterapi ke jaringan tubuh lainnya dapat diminimalisasi.

Bila terdeteksi sejak awal, retinoblastoma dapat tertangani dengan cukup baik, dengan tetap dapat mempertahankan keutuhan bola mata, dan bahkan mempertahankan fungsi penglihatan pasien. Namun bila retinoblastoma sudah tumbuh semakin besar, bola mata menjadi tampak menonjol keluar, sudah terdapat kecurigaan persebaran kanker melalui saraf mata dan tulang orbita. Maka penanganannya memerlukan kemoterapi untuk mengecilkan ukuran kanker dan dilanjutkan dengan prosedur enukleasi (mengambil bola mata secara utuh) untuk memperkecil risiko persebaran kanker ke otak dan organ lain di tubuh. Kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi sistemik untuk menangani kanker hasil metastasis di organ lain di tubuh. Kondisi metastasis (persebaran) dari retinoblastoma ke otak ataupun sumsum tulang akan meningkatkan angka mortalitas (angka kematian), sehingga deteksi dini retinoblastoma ini sangat diperlukan untuk memperkecil risiko pertumbuhan dan persebarannya.