Pendidikan pada hakikatnya adalah proses mencetak karakter yang mencakup perkembangan pribadi secara menyeluruh, baik secara emosional, sosial, maupun spiritual. Pendidikan juga seharusnya membentuk individu dengan pemikiran yang matang, kemauan yang baik, dan perilaku terpuji.
Namun, sayangnya, realitas di banyak lembaga pendidikan lebih fokus pada aspek kognitif semata, terutama kecerdasan intelektual. Seringkali, siswa hanya dinilai berdasarkan peringkat dan nilai ujian yang hanya mencerminkan sebagian kecil potensi mereka. Padahal menurut Prof. Dr. Akif Khilmiyah, M.Ag, kecerdasan emosional dan sosial sangatlah penting.
Berdasarkan latar belakang itulah, Akif mengenalkan konsep pendidikan karakter model PKES. Konsepnya tersebut juga berhasil membawanya menjadi Guru Besar bidang Ilmu Evaluasi Pendidikan, yang dikukuhkan pada Sabtu (21/10) di Gedung AR. Fakhruddin B lantai 5 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Dalam pengukuhannya tersebut, Prof. Akif menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Arah Baru Penilaian Pendidikan Karakter Model PKES (Penilaian Kecerdasan Emosional dan Sosial)”.
“Di dunia pendidikan kita saat ini, 70% kecerdasan yang dikembangkan hanya intelektual semata. Orangtua hanya bangga dengan rangking, tetapi tidak melihat aspek lain, akibatnya pendidik tidak mampu melakukan pembinaan aspek afektif, kecerdasan emosional, sosial dan spiritual. Sebab tidak dilakukan penilaian pada aspek tersebut yang termanifestasikan dalam kecerdasan emosional,” ujar dosen Program Studi Doktor Psikologi dan Pendidikan Islam UMY ini.
Menurut Akif, Banyak kasus murid yang meraih skor pendidikan agama yang tinggi. Namun, akhlaknya masih tercela, sehingga keadaan tersebut penting untuk menjadi perhatian bersama. “Ini semua adalah keprihatinan kita bersama, dimana perlu kita lakukan penelitian dan pengembangan model. Setelah kami lakukan survei penelitian bahwa guru-guru ternyata membutuhkan instrument penilaian karakter yang praktis dan komprehensif. Karena selama ini karakter hanya dinilai dari aspek psikomotor saja dan karakter itu dianggap sama dengan perilaku atau akhlak, tidak melihat pada aspek kognitif dan afektif,” jelasnya.
Keadaan tersebut mendorong Akif untuk mengembangkan model pendidikan karakter PKES (Penilaian Kecerdasan Emosional dan Sosial). Penilaian ini dinilai unggul karena terdiri dari aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Dimana penilaiannya komprehensif karena berbentuk projective test, rating scale dan cek list dan skala pengukurannya diukur melalui kasus dilema moral, grading skills, dan performance assessment.
Menurut Akif, berdasarkan surve yang sudah ia lakukan kepada guru sekolah dasar, mereka menilai model ini sangat membantu kesulitan guru dalam memberikan penilaian secara komprehensif. Model ini juga dapat mendeteksi karakter siswa dan dapat memperbaiki perilaku siswa sejak dini.
“Akan tetapi menurut para guru tersebut, model ini sulit dilakukan karena harus pakai kertas, fotocopy dan lainnya. Oleh karena itu, kami juga mengembangkan aplikasi PKES berbasis android. Sehingga, murid dan guru tidak perlu repot, tinggal log-in saja sudah bisa menilai dan mengetahui hasilnya dan bisa tahu apa yang bisa dilakukan. Bahkan tidak hanya untuk guru tapi juga bisa digunakan oleh orangtua di dalam mendidik anak,” pungkas Akif. (Mut)