Berita

Kepemimpinan Transformasional Lebih Cocok Diterapkan di Era Disruptif

Di era disruptif seperti saat ini perubahan yang terjadi tidak lagi bergerak secara lambat atau linier. Perubahan yang terjadi justru cenderung bergerak dengan cepat. Karena itulah, tipe kepemimpinan yang cocok untuk diterapkan dan ditawarkan dalam menghadapi perubahan tersebut adalah kepempimpinan transformasional.

CEO Kubik Leadership, Jamil Azzaini menuturkan hal tersebut dalam Pelatihan Kepemimpinan untuk Pejabat Struktural Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Pelatihan kepemimpinan yang bertajuk “New Positive Energy toward the Transformation Leadership” ini diselenggarakan pada Sabtu (3/3), di Gedung KH. Ibrahim E.6, Kampus Terpadu UMY.

Jamil mengatakan bahwa dunia sudah berubah begitu cepat. Tidak ada yang bertahan kecuali perubahan. Maka dari itu kita harus berubah untuk bertahan, karena perubahan itu adalah sesuatu yang pasti. “Orang-orang saat ini tidak lagi mendengarkan apa yang dikatakan, tapi lebih melihat pada apa yang dilakukan oleh pemimpinnya. Maka dari itu, pemimpin harus bisa memberikan contoh yang baik kepada yang dipimpin. Contohnya seperti dengan kepemimpinan transformasional,” ungkapnya.

Jami menjelaskan, memberikan contoh kepada bawahan merupakan salah satu karakteristik dari pemimpin transformasional yaitu inspirator. Pemimpin harus mampu melihat situasi saat ini dan mulai bergerak untuk masa depan. Untuk dapat terus bergerak pemimpin memerlukan visi yang inspiratif. Karena visi merupakan salah satu yang mempengaruhi untuk terus bergerak melakukan perubahan.

Ciri lain dari sosok pemimpin adalah bisa menjadi Role Model yang memiliki kendali internal. Karakteristik yang terakhir adalah sumber energi positif. “Sehingga pada akhirnya bawahan tidak lagi terlalu bergantung kepada pemimpin dan berani untuk mengambil keputusan. Sehingga mampu berjalan lebih cepat dan efektif,” jelas Jamil lagi.

Dr. Gunawan Budiyanto, M.P selaku Rektor UMY juga mengatakan bahwa saat ini sangat dibutuhkan sosok yang responsif. Sehingga tidak perlu menunggu pemimpin dalam mengambil keputusan. “Yang menjadi permasalahan saat ini adalah tidak tumbuhnya keberanian untuk melakukan sesuatu. Terlalu banyak rapat namun tidak ada tindakan yang dilakukan. Pemimpin itu merdu untuk diucapkan, tapi kurang merdu untuk dijalankan,” tuturnya. (raditia)