Keberhasilan robotik Azka dan Agra buatan mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) dalam penampilan Kontes Robot Indonesia (KRI) 2015 kategori Kontes Robot Seni Indonesia (KRSI), berhasil masuk dalam putaran semifinal yang telah berlaga hari ini, Minggu (14/06) di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Tema kali ini setiap kontestan robotik diharuskan mampu menari tarian Bambangan dan Cakil yang berasal dari Jawa Tengah. Robotik buatan mahasiswa UB yang bernama Azka dan Agra ini adalah buatan Septian Gusonela, Ronny Ari Setiawan, Rizki Firmansyah, dan Surya Agung Kurnia. Sebelumnya, Tim yang diketuai oleh Septian ini berhasil lolos dengan meraih peringkat ke II tingkat regional IV hingga berhasil lolos ke tingkat nasional dan bertanding melawan 18 tim di KRSI 2015.
Robot yang dipergunakan dalam perlombaan KRSI ini berjenis humanoid. Jenis ini memiliki bentuk dan karakteristik seperti manusia yang diharuskan dapat menari sambil berjalan, di arena yang sudah ditentukan selama musik pengiring dimainkan. Untuk menghasilkan gerakan yang lihai ataupun keluwesan bagi robotik Azka dan Agra, tim KRSI dari UB ini harus melakukan pencarian gerakan tari dengan memperkirakan sudut di setiap sendi tangan, kepala, leher, dan perut, dan di setiap sendi tersebut membutuhkan banyak motor. “Pada setiap robot terdapat 30 motor dengan sistem yang aktif semua, dan dipasang secara pararel,” ungkap Septian.
Secara garis besar, penilaian performa robot diambil dari segi keindahan dan kestabilan robot. Untuk membentuk keluwesan gerakan tari, diperlukan persiapan yang matang sebelum dipertunjukkan dalam perlombaan KRI 2015. “Untuk persiapan perlombaan KRI ini dibutuhkan waktu 7 bulan agar menghasilkan gerakan yang halus. Dan untuk menghasilkan kelentikan gerakan tentunya harus mempelajari video bagaimana detailnya gerakan tarian Bambangan dan Cakil,” ungkapnya.
Meskipun UB berhasil lolos ke babak semifinal, Septian mengaku masih ada kendala dalam menstabilkan gerakan. Terlebih ketika memfokuskan sensor suara pada kedua robotik tersebut. “Agar robot dapat memfokuskan pada satu suara dan tidak terganggu dengan suara lainnya, kami memasukkan suara pada sistem sensor hingga terdapat tegangan dan membentuk grafik, dan dari sinilah jika ada suara asing yang masuk, kami potong dan diatur untuk memfokuskannya,” papar Septian saat ditemui di sela-sela perlombaan KRSI yang sedang berlangsung di Sportorium UMY, Sab’tu (13/06).
Sebelumnya, Septian juga mengungkapkan, dibalik nama Azka dan Agra memiliki historisnya tersendiri. Nama tim Azka dan Agra telah dipersiapkan satu tahun yang lalu sebelum perlombaan kontes robot tiap regional digelar. Istilah Azka dan Agra berasal dari bahasa sansekerta. “Nama Azka dan Agra kami ambil dari bahasa sansekerta. Azka yang memiliki arti perubahan untuk menjadi lebih baik sedangkan Agra yang berarti pemberani,” ungkapnya. (hevi)