Kerja keras Prodi Ekonomi dan Perbankan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (EPI UMY) untuk mempertahankan Akreditasi A semula membuat pesimis civitas EPI UMY. Namun pada akhirnya, pesimis tersebut dikalahkan oleh keajaiban dan hadiah besar yang diberikan oleh Allah SWT. “Waktu persiapan yang kami butuhkan untuk proses akreditasi untuk visitasi sekitar 6 bulan sebelum pengiriman borang ke BAN-PT. Sambil menunggu panggilan visitasi tentu kami mempersiapkan dulu visitasi internal, dalam hasil visitasi internal ini kami kembali pesimis karena hasil penilaian terbilang belum maksimal. Tentu ini memunculkan rasa pesimis kami untuk bisa mendapatkan akreditasi A kembali. Akhirnya kami pun, meminta pengunduran waktu selama 1 bulan untuk mempersiapkan visitasi ini terhitung dari masa berlaku perpanjangan akreditasi sebelumnya. Persiapan yang tersisa selama 1 bulan itu kami berusaha keras dan memaksimalkan hasilnya, “ terang Syarif As’ad, S.EI., MSI selaku kepala prodi EPI UMY saat diwawancara pada hari Rabu (24/6) di ruangannya.
Syarif As’ad melanjutkan ketika itu waktu yang tersisa hanya 1 bulan, pihaknya pun maksimalkan bahkan melakukan visitasi internal kembali, namun hasilnya pun tidak begitu bagus seperti yang diungkapkan oleh tim asesor internal yaitu Dr. Nano Prawoto, SE, M.Si bahwa kalau pun bisa mendapatkan A berarti A kurus, kalau pun mendapat B bisa dikatakan mendapat nilai B bulat. “Ketika itu beliau juga mengungkapkan bahwa hasilnya belum maksimal. Dari prediksi tersebut, kami siap jika memang harus mendapatkan akreditasi B. Namun, saya pribadi memahami kerja keras yang sudah dilakukan oleh dosen, karyawan, terlebih mahasiswa dan juga alumni yang turut berkontribusi untuk akrditasi ini. Apalagi alumni-alumni yang bersedia full team, artinya mereka memiliki peran yang sangat penting dalam proses akreditasi ini, “ lanjutnya.
Syarif juga menjelaskan, rasa pemisimis tersebut yang semula muncul itu tidak hanya dirinya sendiri saja. Tapi juga dari kalangan pihak yang membantu proses akreditasi tersebut. Namun hal itu tidak mematahkan semangat mereka untuk terus berdoa dan mengharapkan yang terbaik. “Dari berbagai macam kendala yang muncul pun akhirnya kami bersyukur karena masih diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk terus mempertahankan akreditasi A. Tentu ini menjadi sebuah syukur yang tak henti-hentinya kami panjatkan. Hal ini juga berkat dorongan yang diberikan oleh dosen, karyawan, mahasiswa, dan universitas yang turut membantu. Padahal ketika itu kami sudah sangat legowo jika harus mendapat akreditasi B namun, Allah berkata lain, meskipun akreditasi ini keputusan yang dibuat oleh manusia namun, jika Allah sudah bertindak ya kita tidak bisa berbuat apa-apa, “ ungkapnya.
Tentu mendapat akreditasi A menjadi sebuah kebanggan tersendiri namun disisi lain ini menjadi sebuah pelajaran, untuk bisa terus mengembangkan prodi lebih baik lagi. “SK akreditasi memang baru turun pada 23 Juni kemarin ini, dari SK yang turun tersebut kita kroscek kembali. Ternyata dari beberapa universitas yang mendaftar akreditasi hanya ada 5 prodi yang bisa terakreditasi A dan Alhamdulillahnya prodi EPI ini menjadi posisi pertama yang disandingkan dengan FH Undip yang memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan prodi lainnya yang mendapatkan A. Hasil yang diperoleh kita pun tidak beda jauh dengan perkiraan sebelumnya, jika sebelumnya perkiraan nilai yaitu 365 namun, ternyata kami memperoleh nilai 366, “ jelasnya.
Setelah melihat, lanjutnya, bahwa ternyata banyak prodi yang mendaftarkan akreditasi. Kemudian ia berpikir bahwa akreditasi ini bukan hal yang mudah apalagi sistem penilaiannya selalu berubah jika ditahun sebelumnya hanya ada 5 komponen penialaian, kali ini justru ada 7 komponen penialaian. “Perbandingannya memang sedikit melenceng dari perkiraan, jika dulu hanya 40 lembar namun, kali ini bahkan ada beratus-ratus lembar yang harus dipersiapkan, “ paparnya.
Syarif As’ad mengatakan bahwa, dari penilaian ada sisi kelebihan dan kekurangannya, dari 7 komponen penilaian yang ada prodi EPI UMY memiliki keunggulan pada kegiatan kemahasiswaan dan juga dosen, di mana kedua komponen tersebutlah yang menyumbang nilai tertinggi. “Tidak saya pungkiri bahwa kegiatan mahasiswa dan dosen EPI ini memang memiliki banyak kelebihan apalagi dosen dan mahasiswa sudah banyak berkecimpung baik dalam kegiatan regional, nasional, dan internasional. Namun disisi lain kami juga memiliki kelemahan dalam hal rasio di mana jumlah mahasiswa dan dosen memang tidak imbang. Bisa saya katakan dari prodi yang ada di UMY ini prodi EPI lah yang paling tidak ideal dalam segi jumlah. Kelemahan inilah yang kemudian akan menjadi sebuah pelajaran bagi kita untuk terus memperbaikki diri,“ pungkasnya.
Akreditasi ini pun tak terlepas dari Biro Pengendalian Mutu (BPM) yang turut membantu dari awal hingga akhir. “BPM di sini memiliki peran yang sangat banyak, karena dari awal BPM lah yang paling bawel dan rewel. Kami dituntut untuk mengerjakan ini itu bahkan, tak jarang kita juga mendapatkan tempaan dari tim BPM jika ada yang kurang atau kesalahan. Namun, tempaan tersebut tak menjadikan diri kami untuk mundur, bahkan saya berterima kasih pada tim BPM yang berani memberikan tempaan kepada kami dengan begitu kami tahu mana yang harus diperbaikki dan mana yang harus dimaksimalkan, “ tandasnya.
Hasil akreditasi ini pun diharapkan tidak lantas membuat pihaknya lupa diri, karena setelahnya banyak PR yang harus dilakukan untuk terus memperbaiki diri. “Setelah ini tentunya akan ada strategi selanjutnya untuk bisa mengatasi kelemahan yang ada, bahwa kami akan menambah jumlah dosen yang bergelar doktor serta membatasi mahasiswa yang akan diterima di EPI ini, karena terlihat animo masyarakat yang sangat besar untuk bisa mendaftar di EPI. Tentu ini harus dibatasi karena hal ini juga terkait dengan rasio yang ada, bahwa ketika kita membatasi mahasiswa yang diterima tentunya hal ini bisa menjadikan input yang baik untuk maba, sehingga kami punya mahasiswa-mahasiswa yang berprestasi. Hal ini tentunya ini juga akan mendorong dosen-dosennya untuk bisa berperestasi lagi, “ terangnya.
Syarif juga berharap agar prodi EPI ini bisa mewujudkan visi dan misi UMY yang internasionalisasi di tingkat dunia, sehingga bisa ikut berkontribusi lebih. “Dan saya berharap persoalan yang ada di 7 komponen penialaian ini agar segera tertatasi, selain itu prodi-prodi lain di UMY khususnya di Fakultas Agama Islam ini banyak yang terakreditasi A. Dalam hal ini saya mengakui bahwa akreditasi ini juga tak terlepas dari tim akreditasi EPI yang solid dan memiliki tujuan yang sama,“ tutupnya. (Icha)