Berita

Kesadaran masyarakat Indonesia akan krisis energi masih kurang


Indonesia saat ini sangat bergantung  pada energi fosil. Mengembangkan energi terbarukan adalah hal yang niscaya. Namun, masyarakat Indonesia sayangnya belum memiliki kesadaran penuh akan adanya krisis energi sehingga pemborosan energi masih ditolerir.

Demikian disampaikan Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Ahmad Ma’ruf M.Si dalam Seminar seminar “An Impact Assesment on Renewable Energy Projects in Developing Countries” di Kampus terpadu UMY, Selasa (10/5).

Ia mengungkapkan suatu hal ironis ketika Indonesia saat ini menjadi net importer energy mengingat konsumsi energi rumah tangga dan komersial terus meningkat, kecuali minyak tanah. Ia memaparkan kebutuhan akan minyak bumi meningkat (37%-43,5%), peningkatan juga terjadi pada biomassa sebesar 11,3%, Gas Bumi (61,7%), Listrik (64,2%), LPG (130,5%), sedangkan produksi terus menurun (berkurang 8,53%).  “Masyarakat tidak sadar bahwa kita dalam krisis energi sehingga pemborosan energi masih ditolerir,” ungkap Ma’ruf.

Ia menambahkan kerusakan moral atau moral hazard juga menjadi salah satu tantangan besar dalam pengembangan sektor energi di Indonesia, terutama dalam pengadaan infrastruktur dan subsidi energi. Ma’ruf menyontohkan banyaknya korupsi dalam proyek-proyek energi serta banyaknya konsumsi BBM bersubsidi oleh mobil mewah adalah bukti kebobrokan moral yang sering terjadi.

Oleh karenanya, Ma’ruf merekomendasikan dilakukannya perbaikan total sistem keuangan sehingga efisiensi dalam pengeluaran dan maksimalisasi pendapatan dapat terwujud. Pembedahan struktur fiskal secara utuh untuk efisiensi juga diperlukan pada pos pengeluaran dan optimalisasi pendapatan “Hal tersebut juga harus diimbangi dengan pola keteladanan semua level elit sosial serta penyediaan edukasi dan pendampingan masyarakat tentang isu energi yang terbarukan,” terangnya.

Dalam acara yang sama peneliti dari Technische Universiteit Eindhoven Belanda Annelies Balkema menuturkan perlunya pemetaan kebutuhan energi, pengembangan kapasitas sumber daya manusia dan  pemutusan rantai kemiskinan untuk dapat mengoptimalkan pengembangan proyek energi terbarukan.

Ia mengatakan pada tahun 2051 diperkirakan produksi minyak bumi akan mengalami penurunan sekitar 70% dari total produksi saat ini. Minyak bumi menyumbang 34% dari total energi utama dunia. Sedangkan gas alam akan mengalami  penuruna produksi pada tahun 2045 dan batu bara hanya akan bertahan sampai 2100.

Annelies juga menjelaskan berdasarkan hasil penelitian yang ia lakukan di Afrika, kendala terbesar pengembangan proyek energi terbarukan adalah sebagian besar masyarakat masih cenderung apatis dan menaruh harapan yang sangat kecil terhadap proyek ini. Hal tersebut mengakibatkan rendahnya partisipasi masyarakat yang berujung pada sulitnya mengembangkan proyek energi yang terbarukan. “Terdapat tiga tantangan sistem energi global dewasa ini yaitu menurunnya suplai energi, kerusakan lingkungan akibat produksi dan konsumsi energi serta ‘kemiskinan’ energi yang masih dialami sebagian penduduk dunia,” ucapnya.