Sebuah bangsa hanya akan maju bila generasi yang lahir kemudian lebih berkualitas dari generasi sebelumnya. Karena itu, para pendidik yang lebih dulu lahir, harus maksimal dalam mentransferkan ilmu kepada muridnya. Para pendidik, misalnya dosen, dituntut untuk benar-benar mendalami ilmunya dan kemudian memaknainya, sehingga dapat memberikan manfaat, baik bagi dirinya maupun masyarakat.
Hal ini disampaikan oleh Prof. Drs. Ir. Lilik Hendrajaya, M.Sc, Ph.D, pembicara dari ITB saat menjadi pembicara dalam acara “Workshop Revitalisasi Fungsi Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta”, Rabu (14/12) pagi bertempat di Kampus Terpadu UMY. Dalam workshop ini, dibahas bagaimana sebuah paradigma kemandirian Perguruan Tinggi diaplikasikan.
Lilik menjelaskan bahwa para dosen sudah seharusnya memiliki motivasi dan etos kerja, hal ini demi meningkatkan kualitas pembelajaran. “Dosen, sebagai pengajar harus berpegang teguh pada tri dharma pendidikan. Yakni bagaimana dosen maksimal dalam mengembangkan diri, juga maksimal untuk mengabdi. Baik untuk institusi maupun masyarakat,” ujarnya.
Lilik menambahkan, menurunnya kualitas pembelajaran, salah satunya, karena dosen tidak produktif. “Seharusnya, dosen/pengajar membuat sendiri diktatnya. Tidak boleh hanya meniru ataupun mengajar menggunakan diktat yang ditulis oleh orang lain, karena itu berarti tidak ada pemaknaan tersendiri dari seorang pengajar. Seharusnya materi/diktat disusun sendiri, dimaknai, agar paham betul dengan apa yang diajarkan. Sehingga, apabila terjun di masyarakat, melakukan pengabdian ataupun yang lain, seorang pengajar bisa memperbarui diktatnya sesuai perkembangan yang ada,” tuturnya.