Berita

Kiprah Rahmawati Dalam Bidang Kemanusiaan Terbilang Unik

IMG-20151020-WA0007

Nama Rahmawati Husein, MCP, Ph.D mungkin sudah tak terdengar asing lagi di kalangan akademisi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Dosen Ilmu Pemerintahan (IP) UMY ini sudah tak terhitung lagi kontribusi dan kiprahnya di dunia pendidikan UMY, termasuk dalam organisasi Muhammadiyah. Selain memberikan kontribusi keilmuan melalui keaktifannya mengajar, ia juga aktif sebagai Wakil Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) sejak tahun 2010 hingga sekarang.

MDMC ini merupakan lembaga yang bergerak dalam misi kemanusiaan dan didirikan dengan tujuan untuk membantu sesama yang menjadi korban bencana. Dengan keikutsertaannya pada lembaga MDMC ini jelas terlihat bahwa, dosen IP yang telah mengajar di UMY sejak tahun 1997 ini memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi. Tak heran jika ia kemudian mendapat kehormatan untuk menjadi salah satu panelis mewakili Indonesia dalam “High Level Panel Debate” yang diadakan oleh International Committee of The Red Cross (ICRC) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu (30/9) lalu. ICRC yang telah diadakan di Gedung General Assembly, United Nation tersebut mengangkat tema kemanusiaan yang bertemakan “Uniting Around The Principal of Humanity”. Selain itu, Rahwamati juga baru saja mendapatkan penghargaan sebagai salah satu tokoh inspiratif Reksa Utama Anindha dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Indonesia.

Kontribusi Rahmawati dalam memperjuangkan misi kemanusiaan tak hanya dikenal oleh dunia luar. Namun kontribusinya tersebut juga telah diakui lebih dulu oleh UMY. Sebagaimana diungkapkan oleh Prof. Dr. Bambang Cipto, M. A selaku Rektor UMY yang mengatakan bahwa, selama ini beliau telah banyak membantu kegiatan-kegiatan Muhammadiyah dalam hal disaster management, khususnya saat menangani bencana alam di berbagai tempat. “Karir beliau di dunia disaster management tersebut bermula saat beliau ikut memberikan sumbangsih pada bencana tsunami di Aceh tahun 2004, kemudian gempa di Padang tahun 2009, dan bencana-bencana lainnya yang sering terjadi belakangan ini di Indonesia. Puncaknya adalah ketika beliau di bawah lembaga MDMC membantu saat terjadinya gempa dahsyat yang terjadi di Nepal pada (25/4) tahun 2015. Beliau ini sangat aktif sekali, baik dalam kegiatan disaster management maupun di berbagai konferensi internasional yang berkaitan dengan disaster management. Selain itu dalam berbagai macam kegiatan yang beliau ikuti tak lupa beliau juga mengatasnamakan dirinya untuk UMY dan Muhammadiyah, “ jelasnya.

Keaktifan Rahmawati dalam hal kemanusiaan khususnya dalam disaster management juga memperluas kerja sama UMY dengan Temasek Foundation. Kerja sama ini secara bersamaan juga turut serta memperluas jaringan PP Muhammadiyah. Prof. Bambang pun mengakui jika kemampuan Rahmawati dalam disaster management itu sangatlah kuat, baik itu untuk tingkat nasional maupun internasional. “Kerja sama dengan Temasek Foundation ini berkaitan dengan pelatihan mahasiswa, pelatihan bahasa inggris, pelatihan keperawatan, dan macam lainnya. Saya mengakui kemampuan dan track record beliau dalam disaster managemen dalam tingkat lokal, nasional, maupun internasional sangat kuat,“ tegasnya.

Keberangkatan Rahmawati ke PBB ini menjadi sebuah saksi, bahwa sekalipun ia adalah seorang aktivis perempuan dalam disaster management, namun ia tetap bisa menyampaikan amanah kemanusiaan tersebut pada dunia. Bahkan hingga bisa dikenal dalam tingkat internasional.“Mungkin di Indonesia belum ada yang melebihi kemampuan beliau, untuk itu beliau diberi kehormatan untuk berbicara di forum internasional yang berhadapan dengan beberapa menteri kelas dunia. Saya kira ini merupakan prestasi yang luar biasa, karena yang diundang ke dalam forum tersebut bukan menteri tapi Bu Ama (sapaan akrab Rahmawati, red) yang statusnya sebagai dosen UMY, “ terang Prof. Bambang lagi.

Prof. Bambang pun menambahkan bahwa civitas UMY patut bersyukur, karena memiliki dosen yang mumpuni dalam bidang disaster management, sebab ini masih terhitung sangat langka. “Beliau merupakan dosen yang terus-menerus terlibat dalam hal mitigasi bencana. Beliau juga datang langsung ke tanah bencana yang tentunya jauh dari Jogja bahkan Indonesia, tak heran jika beliau sering mendapatkan penghargaan-penghargaan baik dalam tingkat nasional maupun internasional. Saya kira beliau ini sudah sangat mengglobal dalam bidang disaster management, tentu ini menjadi kebanggan bagi UMY karena beliau masuk dalam keluarga besar UMY,” imbuh guru besar Hubungan Internasional (HI) UMY.

Hal sama pun diungkapkan oleh Ali Muhammad, S.IP., MA, Ph.D selaku Dekan FISIPOL UMY. Ali mengakui jika Rahmawati memang pakar disaster management. Namun ketertarikannya ternyata bukan hanya pada bidang disaster management, tetapi juga pada observation planning. “Bahkan disertasi S3 di Amerika beliau mengambil tentang observation planning atau tata kota. Keaktifan beliau di forum internasional maupun nasional tak usah ditanyakan lagi, karena beliau ini sudah go internasional, misalnya keterlibatan beliau untuk menjadi pembicara dalam berbagai seminar. Kemarin saja sebelum ke PBB, beliau juga baru saja dari Jepang untuk menjadi pembicara di salah satu Universitas di Jepang, “ papar Ali.

Ali juga menyampaikan bahwa bantuan yang diberikan Rahmawati saat membantu sesama yang menjadi korban bencana, bukan saja bantuan materi yang diberikannya. Namun bantuan secara fisik pun ia berikan, dengan cara turun langsung ke lapangan membantu menangani masalah bencana dan korban-korban bencana. ” Kiprah beliau baik dalam hal akademis dan organisasi dalam bidang kemanusiaan ini besar sekali. Kontribusi beliau ini terbilang sangat unik, termasuk saat diberi kepercayaan untuk mewakili Indonesia untuk menjadi speaker tentang kemanusiaan di forum PBB, itu sangat membanggakan. Yang perlu saya tekankan bahwa, beliau ini bukan hanya mengajar dalam hal teori saja tetapi juga mempraktekan teori yang diajarkan, itu merupakan nilai tambah untuk beliau,“ lanjutnya.

Prof. Bambang dan Ali Muhammad berharap, prestasi yang ditorehkan oleh Rahmawati ini bisa menjadi pemicu bagi dosen-dosen lainnya untuk terus mengembangkan kepribadian secara profesional yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. “Selain itu ini menjadi sebuah tuntutan bagi masyarakat kepada kami karena UMY merupakan kampus yang Unggul Islami dan Muda Mendunia. Jadi, kami sangat mendukung semua dosen, baik dosen baru maupun lama atau dosen yang masih muda untuk go internasional.“