Berita

KKN Tabik UMY di Wakatobi, Berdayakan Masyarakat Dalam Isu Sampah

Hingga saat ini, isu sampah di Indonesia terus menjadi permasalahan kompleks yang tak kunjung mereda meski sudah banyak inovasi yang ditawarkan. Isu sampah ini lambat laun akan memberikan dampak yang dapat mengancam manusia, baik itu dalam aspek lingkungan sampai aspek ekonomi dan sosial. Dari lingkungan tersebut, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang tergabung dalam Tapak Pengabdi Khatulistiwa (Tabik) generasi empat melaksanakan program pengabdian masyarakat selama 40 hari di Desa Mola Nelayan Bhakti, Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tabik UMY generasi empat mengangkat isu sampah sebagai pedoman serta latar belakang dalam membentuk program kerja yang dilakukan mulai dari tanggal 25 Juli – 3 September 2024 dan diikuti oleh 17 mahasiswa. Uniknya, program kerja yang dicetuskan dalam pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh UMY ini mencakup beberapa bidang seperti lingkungan, budaya, dan pendidikan.

“Sebetulnya pemberdayaan yang kami bawa bertumpu pada isu sampah. Kondisi geografis desa yang cukup unik, karena didominasi oleh laut menjadi tantangan sendiri untuk kami dalam mengedukasi masyarakat. Walau dengan demikian, ada beberapa program kerja yang kami laksanakan yaitu sosialisasi masif door – to – door, gotong royong pembuatan gerobak sampah, pengadaan tong sampah di beberapa titik desa, lomba kebersihan lorong, dan festival budaya,” ujar Rizki Aditya wakil ketua tim KKN Tabik UMY generasi keempat, saat diwawancarai pada Rabu (28/08).

Istimewanya, pada saat Hari Kemerdekaan Indonesia beberapa waktu lalu kelompok generasi keempat turut merancang dan melaksanakan Festival Budaya Suku Bajo yang hanya dilakukan satu tahun sekali. Adit menjelaskan bahwa penampilan pada kegiatan budaya ini mengangkat kekayaan budaya dari Suku Bajo yang bertujuan untuk mengingatkan masyarakat Bajo yang mulai meninggalkan nilai-nilai adat karena adanya pergeseran zaman. Festival tersebut dilakukan di atas laut sebagai upaya untuk mengentaskan permasalahan sampah, karena sangat minim menggunakan material sekali pakai.

Mahasiswa Ilmu Pemerintahan ini pun menjelaskan bahwa program KKN di bidang pendidikan direalisasikan dengan adanya program “Ayo Belajar” dan pembuatan film dokumenter.

“Selain itu, kami juga melihat adanya isu rendahnya kesadaran pendidikan sehingga kami juga membuat program kerja di bidang pendidikan. “Ayo Belajar” menjadi salah satu program sekolah alternatif untuk anak-anak usia Sekolah Dasar. Kedua, ada juga program pembuatan film dokumenter. Dengan adanya pembuatan film tersebut, nantinya diharapkan dapat menjadi media untuk memperkenalkan budaya Suku Bajo yang memiliki hubungan kuat dengan laut,” pungkas Adit.

Untuk ke depannya, wakil ketua KKN Tabik UMY ini pun berharap masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Mola di Wakatobi dapat lebih peduli dan peka terhadap lingkungan. Adit juga berharap nantinya masyarakat Mola secara mandiri dapat melakukan pengelolaan sampah, sebab apa yang kelompok KKN Tabik UMY generasi 4 lakukan hanya sebuah inkubator supaya lingkungan Desa Mola Nelayan Bhakti menjadi sehat. (NF)