Adanya kombinasi yang seimbang dalam pembelajaran pendidikan formal dan nonformal, khususnya pada aspek religius yang diterapkan dalam sekolah Islam terpadu telah memberikan warna baru bagi insititusi pendidikan anak di Indonesia.
Hal itu disampaikan mahasiswa Hubungan Internasional – Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (HI-UMY), Mahreta Adi Kuncoro saat mengungkapkan hasil presentasinya yang dipaparkannya dalam Islam, Childhoods, and Building Cultures of Peace in Southeast Asia Conference, University of Philippines, 29-30 September silam.
Menurutnya, kemunculan Sekolah Islam Terpadu ini berkembang pesat sekitar tahun 1993 dalam mengkombinasikan pendidikan formal dan nonformal, terutama pada aspek religius. Perkembangan pesat ini merupakan ide bagaimana pendidikan menciptakan generasi yang memiliki Intellectual Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), serta Spiritual Quotient (SQ) yang seimbang dan baik. “Sistem pendidikan sekolah Islam terpadu yang tidak hanya memprioritaskan pendidikan formal dan mengembangkan pendidikan moral akan menjadi peran signifikan dalam pembentukan karakter mulia bagi individu,” jelasnya di Kampus Terpadu UMY, Rabu (6/10).
Lebih lanjut, Mahreta mengatakan anak mengalami usia emas (golden age) yang perlu disadari para orang tua dalam membentuk kepribadian baik bagi anak. “Pada usia emas tersebut, anak mengalami masa perkembangan sehingga apa yang mereka lihat, rasa, dan dengar akan mempengaruhi masa depannya. Instistusi pendidikan sebagai fasilitator, dalam hal ini, berperan penting dalam memahami perkembangan mereka,” terangnya.
Institusi pendidikan, dituturkan Mahreta, harus memahami perkembangan karakter muridnya dan bisa menentukan tujuan dari pembelajaran dan aktivitas yang dikenakan bagi mereka. “Selain itu, para pendidik juga perlu memahami psikologi pendidikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam menciptakan generasi cerdas secara intelektual serta memiliki karakter dan moral yang baik sehingga murid tak hanya fokus pada nilai dan hasil akhir, ” tuturnya.
Mahreta menambahkan, pendidik juga perlu menyadari beberapa hal dalam mendidik anak pada usia emas karena mereka memiliki karakateristik, diantaranya yaitu memiliki rasa keingintahuan besar terhadap lingkungan sekitarnya, menyukai permainan, mengatur diri mereka sendiri dengan mencoba beberapa hal baru, serta mempelajari sesuatu dengan melakukan, mengamati, memulai dan mengajarkannya kepada teman sebayanya. “Dengan diajarkan pendidikan formal dan nonformal pada sekolah Islam terpadu, mereka akan memiliki kepribadian antara yang seimbang pula antara IQ, EQ, dan SQ,” jelasnya.
Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, perkembangan sekolah Islam terpadu, kondisi ini turut andil dalam meningkatkan pemikiran para orang tua dalam memasukkan anaknya kedalam sekolah Islam terpadu.